SERING dikatakan pendidikan adalah pelita bangsa. Maju mundurnya sebuah negara tergantung dari kualitas pendidikan bangsanya. Bahkan, dikatakan dengan pendidikan bisa mengubah dunia.
“Tetapi sebelum mengubah dunia, kita ubah diri sendiri menjadi lebih baik lagi. Itu juga pendidikan, bagaimana kita mengedukasi diri sendiri. Ini tak kalah pentingnya,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Setuju. Edukasi memang dimulai dari diri sendiri. Akan menjadi baik dan buruk, bagaimana mendidik jiwa kita, etika kita, moral kita,” tambah Yudi.
“Maksudnya sebelum mendidik orang lain, didiklah terlebih dahulu diri sendiri menjadi lebih baik, setelah itu baru mendidik orang lain mengedukasi kebaikan. Ini edukasi soal etik dan moral,” kata mas Bro.
“Itu edukasi dalam artian keteladanan. Di era sekarang keteladanan para para elite negeri ini, lebih dibutuhkan dalam membangun masa depan bangsa. Selain pendidikan dalam arti luas dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan bangsanya,” kata Heri.
“Jika bicara kualitas pendidikan bangsa, berarti pendidikan harus diberikan untuk semua, harus dapat dinikmati oleh semua orang, bukan hanya segelintir orang, sekelompok masyarakat, kelas masyarakat tertentu,” kata Yudi.
“Kalau pendidikan belum dapat dinikmati oleh semua orang, berarti konsep pendidikan untuk semua belum terlaksana?,” kata Heri.
“Pendapat tersebut tidaklah salah, tetapi tidak sepenuhnya benar,”kata mas Bro.
“Maksudnya gimana Bro,” tanya Yudi.
“ Pendidikan adalah proses, mengupayakan pendidikan untuk semua juga sebuah proses yang terus melaju, tidak terhenti pada tahapan dan situasi tertentu,” kata mas Bro.
“Betul Bro. Karena pendidikan adalah hak setiap warga negara, maka penerapannya harus diberikan kepada semua warga tanpa kecuali, tanpa membedakan kaya dan miskin, tanpa pula membedakan beragam latar belakangnya,” jelas mas Bro.