Kopi Pagi Harmoko: Kikis Prasangka-Saling Curiga

Senin 25 Mar 2024, 06:20 WIB

“Kebersamaan dapat terwujud, jika ada komitmen yang jelas, menjunjung tinggi toleransi, menghargai perbedaan, terdapat kepentingan yang sama dan adanya kepercayaan. Bukan penuh prasangka dan saling curiga.”

-Harmoko-
 
KOALISI, kolaborasi, kongsi, dan kerja sama apa pun bentuknya akan berjalan lancar, jika dilandasi adanya kebersamaan. Bersama dalam menjalankan, bersama untuk mencapai tujuan, serta bersama pula menuai hasilnya.

Sementara kebersamaan akan menjadi kuat dan hebat, jika dilandasi dengan kejujuran dan ketulusan, tanpa adanya prasangka dan curiga atas latar belakang dan masa lalunya.

Saat sekarang ini kian dibutuhkan kekompakan, kebersamaan, dan kerja sama dari seluruh elemen bangsa, dengan, tentunya, tanpa melihat latar belakang status sosial ekonominya, lebih – lebih afiliasi politiknya.

Jika kita masih terus melihat kaca spion, lantas kapan mulai melaju dengan melihat kaca lebar yang ada di depan, yang memberikan ruang begitu luas dengan beragam harapan.
Masa lalu biarlah berlalu dengan segala suka dukanya. Masa depan penuh harapan harus kita mulai sekarang.

Menyongsong pemerintahan baru, kebersamaan membangun negeri bukan sebatas retorika, tetapi butuh realita dan karya nyata, bukan mengejar citra. Sedapat mungkin menyamakan pandangan, bukan memperbesar perbedaan.

Menyelaraskan konsepsi, bukan adu argumentasi. Menyatukan aspirasi, bukan membuka peluang kontroversi. Berupaya mengedepankan kepentingan publik, bukan memperbanyak hak milik.

Upaya ini dapat dicapai jika ditopang keteladanan dari pejabat yang nantinya akan diangkat (diberi amanah) untuk bersama rakyat memajukan negeri demi tercapainya kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan sosial sebagaimana tujuan negeri ini didirikan.

Keteladanan menjadi penting karena tugas pemimpin adalah membujuk, mengajak dan mengajari serta mendidik masyarakat. Dalam konteks kebersamaan membangun negeri, berarti merangkul semua pihak, tanpa pembedaan. Memperkecil perbedaan menjadi satu kunci munculnya kebersamaan.

Sementara kebersamaan (bersatu padunya) seluruh kekuatan sangat dibutuhkan di era sekarang guna menghadapi beragam tantangan, dan kian kompleksnya permasalahan yang harus segera dituntaskan di era pemerintahan mendatang.

Energi besar sangat dibutuhkan oleh pemenang pilpres 2024 guna menjalankan roda pemerintahan periode lima tahun ke depan, utamanya melancarkan beragam program sebagaimana visi dan misinya yang telah disampaikan kepada rakyat.

Kita tahu sejumlah program yang ditunggu- tunggu oleh rakyat, untuk pelaksanaannya tidak saja membutuhkan sumber dana besar, SDM besar, juga upaya besar dan sungguh-sungguh agar program dapat berjalan maksimal dan maksimal pula manfaatnya bagi rakyat.

Disinilah dibutuhkan kebersamaan, bukan saja koalisi permanen di parlemen dan pemerintahan, juga menyatunya gerak langkah dari semua elemen bangsa untuk menopang suksesnya program pemerintah.

Melalui kebersamaan, setidaknya hidup lebih ringan, lebih mudah menyelesaikan masalah, menimbulkan kasih sayang dan saling tolong menolong, serta mencegah timbulnya konflik.

Sering dikatakan kebersamaan adalah kunci kekompakan, memperkuat kesatuan dan persatuan serta menciptakan keharmonisan. Dan, masih banyak lagi manfaat dari kebersamaan.

Yang pasti, kebersamaan adalah lebih baik ketimbang kesendirian. Bersama menuju sejahtera, ketimbang sendiri, lagi menderita, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Hanya saja, kebersamaan mudah diucapkan, tetapi sulit dipraktikkan. Kebersamaan dapat terwujud jika: Ada komitmen yang jelas, menjunjung tinggi toleransi, menghargai perbedaan, terdapat kepentingan yang sama dan adanya kepercayaan. Tak kalah pentingnya tanpa adanya prasangka dan saling curiga.

Dalam kondisi sekarang mestinya harus dihindari keinginan untuk menang sendiri, dan merasa benar sendiri. Aspirasi hendaknya disikapi secara bijak, meski datang dari mereka yang selama ini dianggap berseberangan jalan. Boleh jadi yang disampaikan demi kebersamaan untuk mengatasi masalah yang krusial sekarang ini, tetapi karena tidak sealiran, dikhawatirkan akan menjerumuskan.

Semakin menjadi rumit, jika menyelipkan kepentingan aspirasi dan afiliasi kelompoknya. Kemudian nimbrung mereka yang ingin mencari keuntungan di tengah persoalan.

Jika kebersamaan yang dibangun masih melihat latar belakang kepentingan, niscaya kebersamaan yang terbangun hanya di tataran kebijakan. Bisa disebut bersama, terlihat kerja bersama, tetapi tanpa kebersamaan. Ini terjadi karena di dalamnya masih ada  rasa “saling curiga” .

Mari bangun kebersamaan. Bersama dengan mengikis segala prasangka dan saling curiga membuat kita bahagia sejahtera. (Azisoko).

Berita Terkait

Kopi Pagi Harmoko: Budaya Berbagi

Kamis 28 Mar 2024, 11:05 WIB
undefined

Tak Cukup dengan Kata Maaf

Senin 15 Apr 2024, 09:06 WIB
undefined

Kopi Pagi Harmoko: Adil dan Beradab

Kamis 18 Apr 2024, 06:47 WIB
undefined

News Update