AWAL Ramadan kita berbeda-beda. Ada yang menjalankan puasa mulai hari Senin, 11 Maret 2024, ada yang mulai Selasa, 12 Maret 2024. Bahkan, ada yang lebih awal, tanggal 7 dan 10 Maret 2024.
“Kalian ikut yang mana?,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Saya ikut keyakinan dan kepercayaan diri saya. Menjalankan ibadah itu harus mantep dan madep. Mantep dengan pilihan dan keyakinan hatinya, bukan ikut-ikutan karena kepentingan.
Karenanya harus madep, dimaksudkan menyerahkan sepenuhnya karena Allah swt,” kata mas Bro.
“Setuju Bro. Jangan memulai puasa ikut yang paling akhir, giliran lebaran ikut yang paling awal,” kata Yudi.
“Apakah masih ada yang begitu? Saya rasa tidak, itu kalian saja yang mengada-ada. Puasa itu bukan soal kapan memulai dan kapan pula mengakhiri, tetapi bagaimana menjalani,” kata mas Bro.
“Yang ini aku benar-benar setuju Bro.Bagaimana meningkatkan kualitas puasa itu sendiri, bukan mempersoalkan perbedaan awal dan akhir puasa,” kata Heri.
“Lagi pula perbedaan awal dan akhir puasa, bukan kali ini terjadi, tetapi acap kali. Jika masih ada yang mempersoalkan, boleh jadi akan mengurangi kualitas puasa itu sendiri,” jelas mas Bro.
“Lagi pula kapan memulai puasa, berpuasa atau tidak, yang lebih tahu diri kita sendiri, bukan orang lain,”kata Heri.
“Karena itu yang perlu dikedepankan adalah menghargai perbedaan, bukan mempersoalkan perbedaan. Lebih – lebih perbedaan dalam soal keyakinan,” urai Yudi.
“Pilihan dan keyakinan tidak boleh dipaksakan. Artinya kita tidak boleh memaksakan keyakinan diri kita kepada orang lain, begitu sebaliknya, orang lain tidak boleh memaksakan keyakinannya kepada kita. Itulah makna saling menghargai,” urai mas Bro.