Obrolan Warteg: Pilih Mana, Kritikan atau Pujian?

Selasa 27 Feb 2024, 05:03 WIB
Obrolan Warteg.(Poskota.co.id/Yudhi Himawan)

Obrolan Warteg.(Poskota.co.id/Yudhi Himawan)

ADA yang mengibaratkan kritik itu obat kuat, kritik itu vitamin, kritik itu motivasi. Kritik juga sebagai pengawal jiwa kita. Orang-orang yang selalu mengkritik kita tak ubahnya senantiasa mengawal jiwa kita agar selalu di jalan yang lurus, baik, dan benar.

“Jika demikian halnya, patut kiranya kita berterima kasih kepada mereka yang sering mengkritik diri kita,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, Mas Bro dan Yudi.

“Sebaiknya begitu jika menerima kritikan. Bukan marah-marah, uring-uringan tidak karuan. Dan, lagi, jangan lihat siapa yang mengkritik, tetapi isi pesan yang disampaikan,” kata Yudi.

“Bersikap bijak menerima kritikan berlaku bagi semua orang. Lebih-lebih para elite politik, calon pemimpin bangsa. Berani mengkritik orang lain, berarti siap pula untuk dikritik, termasuk dikritik balik,” kata Mas Bro.

“Berarti adu kritik dong?” tanya Heri.

“Kritik tak perlu diadu, tetapi dicermati untuk segera dilakukan perbaikan. Karena tujuan kritik adalah untuk memperbaiki, dari yang kurang baik menjadi baik. Yang sudah baik menjadi lebih baik lagi,” kata Mas Bro.

“Lantas bagaimana dengan munculnya sinyalemen dugaan kecurangan dalam pemilu hingga memunculkan usulan hak angket DPR?” tanya Heri lagi.

“Itu kritikan bagi penyelenggara pemilu agar terus menerus meningkatkan kinerjanya, menyelenggarakan tahapan pemilu secara jujur dan adil serta berintegritas,” jawab Yudi.

“Itulah makna kritikan sebagai motivasi, pemacu semangat agar menempatkan jati diri KPU sebagai lembaga independen, tidak memiliki keberpihakan kepada kelompok manapun,” ungkap Mas Bro.

“Tetapi kritik kadang terasa menyakitkan, Bro,” kata Yudi.

“Ya itulah kritikan, terasa menyakitkan tetapi menyehatkan jiwa. Terasa pahit, tetapi akan menguatkan daya tahan dalam menghadapi beragam tantangan,” jelas Mas Bro.

Berita Terkait

News Update