ADVERTISEMENT

Wartawan Senior Poskota yang Jenaka Itu Telah Pergi

Senin, 19 Februari 2024 23:08 WIB

Share
Foto: Pencetus 'Nah Ini Dia' Harian Poskota Gunarso TS tutup usia ke-72 (PP Whatsapp)
Foto: Pencetus 'Nah Ini Dia' Harian Poskota Gunarso TS tutup usia ke-72 (PP Whatsapp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Duka menyelimuti Poskota. Gunarso Tjakrasutikno (TS),  wartawan senior Poskota, meninggal dunia pada usia 72 tahun di Jakarta, Senin siang, 19 Februari 2024. Pak Gun, begitu akrab disapa, meninggal karena sakit. Dimakamkan di Bambu Apus, Jakarta Timur.

Pak Gun tergolong wartawan yang paling awet di Poskota. Pria kelahiran Purworejo itu mulai bergabung dengan harian ini sejak 1977, itu kata para senior. Di sudah malang melintang untuk berbagai liputan. Dia merupakan lulusan Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Yogjakarta, yang diselesaikan pada 1969.

Kemudian, karena kelenturan menulis, dan penggunaan bahasa yang unik-unik dan khas, dia diberikan kolom khusus menulis kolom ‘Nah Ini Dia’. Pak Gun mengisinya setiap hari, sejak tahun 1984. Dimuat di halaman depan kanan bawah, berhiaskan karikatur yang khas dari karikaturis Ucha.

Saking kuatnya Nah Ini Dia, lantas ada production house (PH) yang berminat mengangkatnya ke layar kaca, dibuat sinetron yang ditayangkan di SCTV untuk tontonan tengah malam. Selain itu, di antara artikel-artikel Nah Ini Dia, diterbitkan dalam satu buku yang tergolong laris.

Foto: Gunarso TS Wartawan Senior Poskota pencetus 'Nah Ini Dia' tutup usia. (Ist.)

Kolom Nah Ini Dia kemudian ikut mengangkat nama Pos Kota, dan sangat terkenal, serta sangat disukai para pembaca. Di era jaya media cetak, bahkan Nah Ini Dia dibaca sejumlah Menteri di era Orba. Dulu Menko Polkam Susilo Sudarman juga menyukai. Kalau ada wartawan harian ini, beliau menyebutkan kolom itu sebagai kesukaannya.

Kekhasan artikel karya Pak Gun itu adalah isinya, dan gaya bahasaya yang khas. Wartawan senior Pos Kota in memang punya karakter tulisan yang jenaka. Dia menulis Nah Ini Dia sejak 1987.

Isinya memuat sekitar selingkuh, hal yang menyenggol esek-esek, hubungan suami istri yang tragis, PIL dan WIL (pria idaman lain dan wanita idaman lain), ulah pejabat kepala desa atau bawahannya yang menyeleweng, dsb.

Tampilan penulisan Pak Gun memang memukau. Di setiap edisinya ada ungkapan-ungkapan yang muncul, dan dia tampak berusaha menyesuaikan jaman. Dia menggunakan ungkapan koalisi atau berkoalisi untuk istilah hubungan asmara, terlebih untuk perselingkuhan.

 

Karya Nah Ini Dia 


Ungkapan yang sering digunakan adalah bonggol dan benggol, bonggol untuk urusan punya laki-laki, sedangkan benggol artinya terkait duit. Benggol adalah satuan uang jaman kuno dulu.

Ungkapan yang masih dipakai sejak awal yang sangat terkenal adalah mbunting padi (seperti gagang padi yang sudah berisi). Konon ini ada ceritanya, yakni kisah wanita idola Pak Gun, dia menggambarkan kakinya putih indah, dengan menyebutnya mbunting padi. Namun, sang idola itu ternyata kasih tak sampai.

Ungkapan yang sering pula digunakan adalah aspirasi urusan bawah, tentunya kini mudah dipahami, yakni terkait sahwat. Hal seperti ini banyak mewarnai sejumlah artikel Nah Ini Dia yang dibuat Pak Gun.

Karir Kewartawanan Pak Gun atau Gunarso TS, mengawali bidang kewartawanan dengan menulis di media berbahasa Jawa Mingguan Kembang brayan di Yogjakarta, redaktur Ariwarti Parikesit Solo. Lantas, pada 1977 bergabung dengan Harian Poskota Jakarta.


Di harian Ibu Kota ini Pak Gun setelah karir reporter, menanjak menjadi redaktur, redaktur pelaksana, dan redaktur senior. Saat Poskota mendirikan media berbahasa Jawa, yakni Damar Jari, di awal 2000-an, dia ditunjuk sebagai Pemimpin Redaksi hingga 2007.

Dia juga pernah menangani koran Oposisi, yakni media yang banyak memuat gambar atau kartun layaknya yang dimuat Lembergar di Harian Poskota. Media ini cocok untuk karaktr tulisan-tulisan Pak Gun. Karena Wartawan senior yang jenaka ini menuangkan secara menarik dan pas untuk media itu, Namun, media Oposisi itu tak berumur lama.

Meski menjadi Pemred, Pak Gun tidak berhenti menulis Nah Ini Dia. Artikel itu tetap hadir tiap hari. Dan itu dilakukan hingga menjelang akhir hayat. Soal cerita Nah Ini Dia, banyak yang menanyakan, itu fiksi atau fakta.

Dari aktivitas yang dijalankan selama ini, artikel itu ditulis berdasarkan fakta, yakni berita yang muncul di media. Lantas dikembangkan dengan versi Pak Gun. Kini Wartawan senior yang jenaka itu telah mendahului. Selamat jalan Pak Gun. Semoga mendapat tempat terbaik di Sisi-Nya. Aamiin YR’A. (Red)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT