Filosofi: menang tanpa ngasorake sangatlah cocok sebagai pegangan hidup, sebagai perilaku dalam tata krama kehidupan berpolitik.
Secara harfiah, menang tanpa ngasorake adalah menang tanpa merendahkan yang kalah (orang lain). Jangan mentang - mentang karena merasa menang lantas " adigang, adigung, adiguno" (Sikap yang sangat sombong).
Filosofi ini mengajarkan kepada kita bahwa yang menang harus memberi "hormat" kepada yang kalah.
Wajib merangkul lawan politiknya menjadi sahabat demi membangun bangsa ke depan. Mengajak, bukan mengejek. Ini yang disebut “politik merangkul”, bukan “politik memukul”. Bersikap saling menguatkan, bukan saling melemahkan.
Memperbanyak kawan lebih mulia, ketimbang membiarkan satu musuh yang bisa tumbuh menjadi seribu. Lagi pula, kemenangan dengan merendahkan lawan tidak akan membawa kemuliaan.
Tidak akan ada orang yang hormat, jika dengan kemenangan itu kemudian membuatnya berperilaku sombong, mentang - mentang, apalagi menjurus pada kesewenang-wenangan. seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Hidup ini sangat singkat. Akan sangat rugi bila harus memendam rasa tak suka, apalagi sampai menanam bibit permusuhan akibat mau menang sendiri atau menang- menangan.
Pesta demokrasi telah usai, mari kita awali dengan kebaikan. Mari kita bangun negeri ini siapa pun presiden terpilih adalah Presiden Republik Indonesia.
Gesekan akibat perbedaan pendapat, dukungan dan pilihan politik sejak memasuki tahun politik, telah cukup melelahkan dan menguras emosi semua pihak.
Saatnya kini diakhiri dan semua kembali rukun bersatu dengan sesama anak bangsa. Sebagaimana lembaran kain dalam banyak warna dan jalinan benang emas, Indonesia yang dikenal dengan keberagaman, termasuk beragamnya pilihan politik, hendaknya tetap mengimplementasikan semboyan yang ada. Yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” dan “Pancasila.”
Bagi yang belum memenangkan kontestasi bukan berarti kalah, tetapi belum terpilih. Masih ada hari esok yang lebih baik dan cerah lagi.
Leluhur kita mengajarkan untuk mengembangkan sikap legowo, menerima dengan ikhlas dan sabar terkait masalah yang terjadi, meski tidak sesuai ekspektasi.