Obrolan Warteg: Kritik Itu Pahit, Tapi Mendidik Jiwa

Sabtu 13 Jan 2024, 05:00 WIB

KIAN mendekati hari pemungutan suara pilpres dan pileg, situasi kian menghangat.

Saling kritik antar elite politik, semakin santer.

Dapat diibaratkan tiada hari tanpa kritik, dan saling serang.

“Di negara demokrasi, menyampaikan aspirasi, pendapat, kritik adalah wajar dan sah-sah saja. Nggak ada yang aneh, yang aneh, jika tanpa adanya kritik,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.

“Jadi kritik itu diperlukan ya?,” kata Yudi.

“Sepanjang kritik dilakukan untuk perbaikan, sering disebut kritik yang bersifat membangun, bukan meruntuhkan,”kata mas Bro.

“Berarti nggak boleh asal kritik,” ujar Yudi.

“Sebaiknya kritik disampaikan dengan argumen yang jelas, ada uraian mengapa harus dikritik. Misalnya, mencegah terjadinya penyimpangan, agar tidak kebablasan,” ujar mas Bro.

“Kritik kerap juga dilakukan karena terindikasi, menurut si pengkritik, telah terjadi pelanggaran norma dan etika,” ujar Heri.

“Yang penting kita perlu bijak dalam merespons setiap kritikan dari manapun datangnya, siapa pun orangnya. Tak perlu alergi terhadap kritik,” urai mas Bro.

“Anggap saja kritikan sebagai pengawal jiwa kita, agar kita selalu diingatkan untuk berjalan pada rel yang benar, sesuai rambu-rambu,”ujar Heri.

“Jadi kalau dikritik tidak perlu marah, tak perlu emosi, karena kritik itu sejatinya mengingatkan. Hanya saja kadang caranya berbeda-beda. Itu menyangkut karakter tiap orang yang berbeda pula,” tambah mas Bro.

“Iya juga. Dengan kritik membuat kita makin sadar diri bahwa apa yang sudah dilakukan belum tentu benar, tak selamanya sesuai harapan semua orang. Dengan kritikan menjadikan kita untuk terus mawas diri, sebuah sikap yang memang diperlukan, jika ingin maju dan berkembang,” jelas Yudi.

“Karena siapa pun juga hendaknya tidak alergi terhadap kritik, lebih-lebih institusi pemerintahan, lembaga negara, komisi, badan dan sejenisnya yang berhubungan dengan pelayanan publik,” urai Heri.

“Kuncinya, jangan alergi, emosi dan gengsi karena kritikan. Alergi karena dapat mengganggu. Emosi karena kritikan dianggap tidak benar. Gengsi karena merasa memiliki kekuasaan dan kekuatan serta dukungan,” jelas mas Bro.

Ada pepatah mengatakan ”Kritikan itu pahit, tapi mendidik jiwa, jika diterima dengan baik.

Pujian itu manis, tetapi merusak hati, jika diterima dengan angkuh.” (joko lestari)

Berita Terkait

News Update