AS dan Inggris Serang Houthi di Yaman Sebagai Pembalasan

Jumat 12 Jan 2024, 19:25 WIB
AS dan Inggris Serang Houthi di Yaman Sebagai Pembalasan (Foto: Ashraq Al-Awsat)

AS dan Inggris Serang Houthi di Yaman Sebagai Pembalasan (Foto: Ashraq Al-Awsat)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Militer Amerika Serikat (AS) dan Inggris melancarkan serangan udara sebagai pembalasan berskala besar terhadap kelompok militan Houthi di Yaman, Kamis (11/1/2024)

Houthi yang merupakan sekutu Hamas telah menyerang pelayaran komersil di Laut Merah secara intesif sejak memanasnya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.

Melansir ABC News, Jumat (12/1/2024), seorang pejabat AS mengatakan bahwa serangan tersebut melibatkan gabungan jet tempur dan rudal jelajah Tomahawk. Kedua alat perang itu diluncurkan dari kapal permukaan dan kapal selam Angkatan Laut AS.

Seorang pejabat AS lainnya mengonfirmasi bahwa Inggris juga menggunakan aset militernya untuk melancarkan serangan udara terhadap target-target Houthi.

Presiden AS Joe Biden mengatakan, langkah tersebut sebagai tindakan defensif setelah memberi banyak peringatan agar Houthi menghentikan serangannya di Laut Merah terhadap kapal-kapal komersil. 

Namun peringatan itu diabaikan oleh kelompok militan Yaman yang didukung Iran tersebut. Kendati, Biden berharap serangan tersebut dapat menghindari risiko konflik Timur Tengah yang lebih luas.

“Hari ini, atas arahan saya, pasukan militer AS - bersama dengan Inggris dan dengan dukungan dari Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda berhasil melakukan serangan terhadap sejumlah target di Yaman yang digunakan oleh pemberontak Houthi untuk membahayakan kebebasan bernavigasi di salah satu jalur perairan paling vital di dunia," kata Biden.

"Serangan-serangan ini merupakan tanggapan langsung terhadap serangan Houthi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kapal-kapal maritim internasional di Laut Merah - termasuk penggunaan rudal balistik anti-kapal untuk pertama kalinya dalam sejarah. Serangan-serangan ini telah membahayakan personil AS, pelaut sipil, dan mitra-mitra kami, membahayakan perdagangan, dan mengancam kebebasan bernavigasi," lanjut pernyataan Biden.

Berita Terkait

News Update