JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kelompok milisi Houthi meluncurkan pesawat tak berawak atau drone bersenjata dari wilayah Yaman, beberapa mil dari Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dan kapal-kapal komersial di Laut Merah sebelum akhirnya meledak, Kamis (4/1/2024).
Melansir AP News, Jumat (5/1/2024), drone itu meledak hanya beberapa jam setelah AS dan sejumlah negara sekutunya mengeluarkan peringatan terakhir kepada Houthi yang didukung oleh Iran itu untuk menghentikan serangan atau menghadapi kemungkinan aksi militer.
Kepala Operasi Angkatan Laut AS di Timur Tengah, Laksamana Muda Brad Cooper mengatakan, Houthi pertama kalinya menggunakan kapal permukaan tak berawak atau USV sejak serangan-serangan terhadap kapal komersial di Laut Merah usai pecahnya perang Israel-Hamas.
Seorang Ahli Rudal Fabian Hinz mengatakan bahwa USV merupakan bagian terpenting dari persenjataan maritim Houthi dan telah digunakan pada pertempuran sebelumnya, seperti melawan pasukan koalisi Arab Saudi yang mengintervasi perang Yaman.
“Sebagian besar USV Houthi kemungkinan besar dirakit di Yaman tetapi sering kali dilengkapi dengan komponen yang dibuat di Iran, seperti sistem pemandu terkomputerisasi,” kata Hinz.
Wakil Duta Besar AS, Christopher Lu dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Rabu mengatakan bahwa Iran memasok Houthi dengan uang dan sistem persenjataan canggih, pesawat tak berawak, rudal jelajah, hingga rudal balistik.
Iran, kata Lu, sangat terlibat dalam perencanaan serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah. Ia juga menyatakan bahwa AS tidak mencari komfrontasi dengan Iran tapi negara tersebut memiliki pilihan.
“Iran dapat melanjutkan langkahnya saat ini atau dapat menahan dukungannya, yang tanpanya Houthi akan kesulitan melacak dan menyerang kapal-kapal komersial yang melintasi jalur pelayaran di Laut Merah dan Teluk Aden secara efektif,” ujar Lu.
Sebuah pernyataan pada hari Rabu yang ditandatangani oleh Amerika Serikat, Australia, Bahrain, Belgia, Kanada, Denmark, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Singapura, dan Inggris memberikan apa yang disebut oleh seorang pejabat senior pemerintahan Biden sebagai peringatan terakhir kepada Houthi.
"Biarlah pesan kami sekarang menjadi jelas: kami menyerukan penghentian segera serangan-serangan ilegal ini dan pembebasan kapal-kapal dan awak kapal yang ditahan secara tidak sah," ujar negara-negara tersebut dalam pernyataannya.
"Houthi akan memikul tanggung jawab atas konsekuensinya jika mereka terus mengancam nyawa, ekonomi global, dan arus perdagangan bebas di jalur perairan penting di kawasan ini,” lanjutan pernyataan itu.