.jpg)
DUA hari lagi tahun 2023 akan berakhir, berganti menjadi tahun 2024. Kita sering menyebutnya sebagai tahun baru.
Lazimnya, sebelum memasuki tahun baru, perlu kiranya merefleksi diri (cerminan) terhadap apa yang sudah kita jalani sepanjang tahun 2023. Tentu ada suka dan duka, ada tangis dan tawa, sedih dan bahagia.
Tak sedikit mengalami beragam problema, menghadapi berbagai tantangan, meski acap terbuka peluang di balik tantangan yang menghadang.
Hanya saja, kadang kita lalai, abai atau tidak menyadarinya bahwa peluang yang terbuka begitu lebar di depan mata terhalang sisi gelap karena ego dalam menyikapi situasi.
Melihat tantangan hanya dari sisi negatif dengan segala problema yang menimpa. Bukan sebagai cobaan yang pada saatnya akan mendatangkan kebahagiaan.
Menyesalkah? Jawabnya tiada guna karena waktu berjalan maju, bukan mundur.Kita diberi kedua mata berada di depan muka agar senantiasa menatap ke depan, bukan ke belakang, menyesali apa yang sudah terjadi.
Sesekali menengok ke kaca spion, sebagai perenungan pengalaman masa lalu diperlukan sepanjang dapat dijadikan bahan evaluasi dan introspeksi agar perjalanan ke depan menjadi lebih baik lagi.
Tidak dapat dipungkiri rangkaian peristiwa telah terjadi di negeri kita, baik di bidang politik, hukum, keamanan, ekonomi, maupun sosial dan budaya.
Yang tiada henti jadi bahan diskusi adalah persoalan politik. Kadang menjadi “isu panas”. Memanasnya situasi sulit dihindari karena tahun 2023 dikenal sebagai “tahun politik.”
Selama proses politik berjalan, kita sebagai warga masyarakat hendaknya tetap bijak menyikapi beragam isu dan peristiwa yang bakal terjadi. Jika kita bukan bagian langsung dari timses, hendaknya tidak terlalu jauh terlibat pusaran arus gesekan politik yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri dan keluarga.
Itulah perlunya kita merefleksi serangkaian peristiwa politik yang telah terjadi sebagai acuan ke depan.
