Suparman sendiri yang juga memproduksi tempe terpaksa mengurangi jumlah prduksi.
Biasanya per hari ia memproduksi tempe sebanyak 3 kwintal, kini hanya 1,5 kwintal.
"Terpaksa dikurangi jumlah produksinya, ya barangnya juga gak ada. Harganya juga sekarang naik. Bagi pengrajin tempe tahu kenaikan harga bahan baku walaupun sedikit itu sangat berpengaruh," tuturnya.
Saat ini, kata Suparman, harga bahan baku kedelai per kwintal sekarang ini mencapai Rp1.250.000.
Harga itu naik Rp100 ribu dari harga biasanya yakni Rp1.150.000 per kwintal.
"Itu harga di sini, kalau di tempat lain udah Rp1,5 juta," ucapnya.
Lebih jauh, Suparman berujar jika kelangkaan hingga kenaikan kedelai membuat 20 persen penjual tahu tempe rumahan di kawasan Semanan ini tutup toko.
Sementara, sebagian lainnya hanya memproduksi setengah dari biasanya. Itupun yang diproduksi hanya untuk memenuhi pesanan saja.
"Di sini ada 700 pengrajin tempe dan tahu. Yang tutup sebagian. Sekitar 20 persen gak produksi. Sebagian hanya produksi sedikit saja untuk memenuhi pesanan aja," paparnya.
Suparman dalam hal ini sangat berharap banyak dari pemerintah.
Apalagi dalam kasus ini berdampak kepada produksi bahan pangan yang memang menjadi kebutuhan sehari-hari.
Tempe dan tahu menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Selain harganya yang murah, tahu dan tempe juga sangat baik dikonsumsi karena kandungan gizinya. (Pandi)