Mengenai adanya pungutan yang ditarik terhadap pasien senilai Rp 5000 hal itu dianggap wajar.
"Biaya itu kan buat administrasi sama seperti kalau berobat di Puskesmas Klapanunggal juga segitu biayanya. Udah dapat obat dan dilayani dokter atau bidan," terangnya.
Terkait biaya 5.000 rupiah tersebut, petugas Pustu Ela mengaku biaya tersebut merupakan ketentuan dari Puskemas klapanunggal.
"Ini kebijakan pemerintah, bukan dari Pustu. Bahkan bila pakai kartu asuransi atau BPJS tidak dipungut biaya sama sekali," jelasnya.
Selain puskesmas, perhatian PPLI juga terlihat dari dukungan pembangunan infrastruktur di Desa Nambo.
"Di RT 11 RW 06 ini PPLI mensupport beberapa pembangunan seperti mushola dan sarana pendidikan," ujar Ketua RT 11 RW 06, Lanin Saptadipura.
Disaat musim kemarau kemarin, lanjut Lanin RT-nya mendapatkan bantuan air bersih.
"Lebih dari 70 tangki. Kebetulan banyak sumur warga kering karena kemarau. PPLI langsung merespon dengan mendistribusikan air bersih. Alhamdulillah kebutuhan air akhirnya tercukupi," terangnya.
Awal 2024 ini lanjut Lanin PPLI juga berencana membangunkan sumur bor buat dua RT yang airnya akan dialirkan ke rumah-rumah warga.
"Setiap tahunnya bantuan sembako juga diterima seluruh warga yang wilayahnya langsung bersebelahan dengan perusahaan. Ribuan paket di distribusikan ke warga.
"Tahun 2023 saja bantuan tunai dari PPLI ke PAD desa sampai 180 juta. Ini dibagi oleh kades ke RT - RT yang ada di wilayah ring 1 PPLI. RT 11/06 tahun lalu dapat 12,5 juta. Biasanya bila RT dapat dana kita langsung undang warga untuk alokasi penggunaan dana itu," terang Lanin.
Selain bantuan infrastruktur, jumlah warga juga cukup banyak yang diperkerjakan oleh PPLI. "Kurang lebih ada 20 orang warga saya yang kerja di PPLI, baik di perusahaannya maupun di kontraktornya," terang Lanin.