JAKARTA, POSKOTA.CO.ID- Sebanyak 28 bayi yang terlahir prematur dievakuasi dari rumah sakit terbesar di Gaza, Al Shifa, menuju Mesir untuk mendapatkan perawatan darurat.
Melansir Reuters, evaluasi tersebut dilakukan usai beberapa bayi meninggal akibat inkubator yang rusak dan tidak berfungsinya layanan medis selama serangan militer Israel di Kota Gaza.
Pihak berwenang Palestina dan WHO mengatakan, terdapat 12 orang tewas di rumah sakit Gaza lainnya yang telJ dikepung oleh Israel menggunakan tank.
Sebelumnya, bayi-bayi tersebut dibawa dahulu ke sebuah rumah sakit Rafah yang berada di perbatasan selatan Gaza, agar kondisi mereka dapat stabil sebelum dipindahkan ke Mesir.
"Semua bayi yang dievakuasi sedang melawan infeksi serius,"kata juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikutip Reuters, Selasa (21/11/2023).
Memang, sudah ada delapan bayi yang meninggal sejak salah satu dokter di RS Al Shifa memberikan peringatan internasional tentang 39 bayi prematur yang berisiko akibat kurangnya pengendalian infeksi, air bersih dan obat-obatan di bangsal neo-natal ada awal November ini.
Selain itu, Kementrian Kesehatan Gaza mengatakan, sedikitnya terdapat 12 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka akibat tembakan di Rumah Sakit Indonesia, yang di danai oleh Jakarta.
Ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku, terkejut dengan serangan yang menurutnya telah menewaskan 12 orang, termasuk pasien itu.
“Petugas kesehatan dan warga sipil tidak boleh mengalami kengerian seperti itu, terutama saat berada di dalam rumah sakit,” katanya di melalui media sosial X.
Menanggapi hal tersebut, Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengatakan bahwa tentara hanya menembak balik para pejuang di rumah sakit guna meminimalkan bahaya terhadap non-kombatan.
“Semalam, teroris melepaskan tembakan dari dalam Rumah Sakit Indonesia di Gaza ke arah pasukan IDF yang beroperasi di luar rumah sakit. Sebagai tanggapan, pasukan IDF secara langsung menargetkan sumber tembakan musuh yang spesifik. Tidak ada peluru yang ditembakkan ke arah rumah sakit.”
Kini, sebagian besar alat di Rumah Sakit Indonesia telah berhenti beroperasi, namun masih memberikan perlindungan bagi pasien, staf, dan warga yang mengungsi.