Hanya saja patut diingat bahwa anak muda lebih aware dengan aktivitas kroscek, konfirmasi dan klarifikasi terhadap konten-konten yang tersebar di media sosial.
Jika isu yang disuguhkan narasi manipulasi, bukan simpati yang didapat, melainkan antipati.
Lantas bagaimana mendulang suara pemilih muda? Jawabnya seperti telah disebutkan di bagian awal tulisan ini adalah ciptakan politik menyejukkan. Anak muda butuh keteladanan, bukan pernyataan.
Keteladanan yang dibutuhkan bukan sebatas kata dan perbuatan yang dipertontonkan.
Tetapi hasil karya nyata yang sudah teruji manfaatnya. Ini berarti menyangkut rekam jejak, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Meneladani termasuk juga bagaimana memperlakukan orang lain, lawan-lawan politiknya dalam kontestasi.
Hal lain, membangun motivasi, bukan memanipulasi demi citra diri.
Berilah solusi, bukan mengumbar janji.
Meski sederhana, tetapi fakta adanya, ketimbang fata morgana. (Azisoko)