Sinyal ‘Keretakan’ PDIP - Jokowi Kian Kencang

Senin 30 Okt 2023, 06:06 WIB
Viral viedo Megawati Soekarnoputri tepis tangan Jokowi saat Rakernas PDIP. (tangkap layar)

Viral viedo Megawati Soekarnoputri tepis tangan Jokowi saat Rakernas PDIP. (tangkap layar)

JELANG Pilpres 2024, suhu demokrasi terasa mulai memanas. Terlebih hubungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pasca sejumlah partai pengusung capres Prabowo meminang Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Ketidak harmoninsan PDIP dengan Presiden Jokowi pun kian kencang, setelah belakangan sejumlah elit partai bergambar banteng itu menyinggung kembali terkait adanya wacana jabatan presiden 3 priode beberapa waktu lalu.

Diawali dengan pernyataan kader PDIP, Adian Napitupulu yang menyebut bahwa Jokowi pernah meminta dukungan jabatan presiden 3 priode hingga ditolak PDIP. Penolakan oleh PDIP itulah, dinilai sebagai awal Jokowi tidak lagi setia terhadap partai yang membesarkannya.

Meski tidak diketahui Puan Maharani, namu pernyataan Andrian tersebut dibenarkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Pihaknya menyebut permintaan itu, merupakan titipan Pak Lurah.

Hasto mengatakan, ketika itu dirinya bertemu dengan seorang menteri dan mengonfirmasi bahwa sikap ketua umum beberapa partai menyuarakan perpanjangan jabatan.

Memang Hasto tak menyebut secara gamblang sosok Pak Lurah yang dimaksud. Tapi, telah menjadi rahasia umum bahwa sosok tersebut adalah Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Saat berpidato di Rapat Tahunan MPR RI di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 16 Agustus 2023, Jokowi mengatakan sebutan Pak Lurah merupakan kode yang dibuat para politikus dan partai politik untuk dirinya.

Tak hanya soal wacana jabatan presiden 3 priode, adanya ketidak harmonisan PDIP dengan Jokowi dan keluarganya pun banyak dipertontokan kedua belah pihak kepada publik. Bahkan, terbaru PDIP dengan keras menyebut Gibran sebagai  pembangkang pasca dirinya maju dicalonkan sebagai cawapres bersama Prabowo.

Entah kecewa merasa ‘ditinggal’ Jokowi, atau bagian dari strategi PDIP saat ini untuk terus menaikan elektabilitas capres cawapres yang diusungnya pada Pemilu 2024 publik drama ketidak harmonisan kedua belah pihak tersebut terus ditontonkan para elite partai.

Sebagaimana diketahui, Pemilu merupakan moment lima tahunan diselenggarakan. Karenanya, para elite partai politik atau (parpol) pun harusnya turut menjadikan Pemilu riang gembira, karena sering juga kita mendengar istilah dalam politik tak pernah ada lawan abadi. Semuanya dapat berubah dalam sekejap.

 

Berita Terkait

News Update