“Panas, panas, suhu kian memanas,” ujar Heri mengawali obrolan di sela maksi, bersama sohibnya, Mas Bro dan Yudi, di warteg langganan.
“Panas ya Mas, kipas angin perlu perlu digedein?” tanya Ayu Bahari, pedagang warteg.
“Biarin aja Yu, biar semakin kepanasan, paling buka baju,” kata Yudi.
“Nggak boleh gitu Mas, sesama teman harus saling peduli,” kata Ayu Bahari.
“Dia kepanasan bukan hanya karena cuaca di atas normal, tetapi suhu politik juga kian memanas,” kata Yudi.
“Betul juga Mas, sepanas – panasnya cuaca, kadang tidak sepanas suhu politik jelang pemilu,” kata Ayu.
“Setuju Yu. Panasnya cuaca hanya dirasakan pada kondisi tubuh manusia, tetapi panasnya suhu politik bisa menyengat ke mana - mana, sampai ke jantung hati,” kata Mas Bro.
“Kalau panasnya cuaca saja sudah bisa bikin kita gerah, apalagi sengatan suhu politik ya,” kata Ayu.
Seperti diberitakan dalam beberapa hari ini tempatur di Jakarta dan sekitarnya dirasakan sangat panas. Mencapai di atas 38.4°C bahkan sempat menembus angka 39. Temperatur ini melebihi suhu normal manusia yang berada di kisaran 36.1°C - 37.2°C, sehingga ada panas yang masuk dari lingkungan ke tubuh manusia.
Itulah sebabnya tubuh kita merasakan panas dan berkeringat.
Naiknya temperatur banyak penyebabnya, di antaranya karena El Nino atau menguatnya suhu permukaan laut. Juga posisi semu matahari yang berada di selatan ekuator pada Oktober ini, di mana Jakarta berlokasi, seolah matahari berada tegak lurus di atas Jakarta. Ditambah lagi musim kemarau panjang.
.jpg)
.png)
.jpg)
