Nah Ini Dia: Wil Nolak Cerai dengan Suami Pedagang Buah Jadi Pembunuh

Rabu 25 Okt 2023, 06:20 WIB

HELMI, 33, memang kuwanen (terlalu berani). Baru jadi pedagang buah di pasar saja
sudah berani punya WIL. Giliran sang WIL, Dedeh, 30, tak mau bercerai dari suaminya, Ia naik pitam, Dedeh pun dianiaya hingga tewas.

Keluarga semula menduga mati bunuh diri biasa, tapi polisi temukan bukti lain, dan Helmi digelandang ke Polres Ciamis.

WIL itu proyek padat modal, jika dana tak mencukupi jangan coba-coba punya
selingkuhan segala. Itu sama saja kuat di entong tapi tak kuat di kantong, sang WIL pun pastilah njontong (jengkel).

Soalnya yang namanya WIL kebanyakan akan menjadikan PIL-nya sebagai mesin ATM. Jika si lelaki saldonya di ATM selalu nipis, tentu saja sang WIL pilih kabur, kembali setia pada suami.

Helmi yang asalnya dari Rokan Hilir (Riau), entah kenapa cari kerja bukannya ke
Jakarta, tapi malah ke Ciamis. Mungkin di Ibukota tak ada perusahaan yang mau
menerima, karena minimnya pendidikan.

Terpaksalah Helmi banting stir jadi pedagang buah, yang tak perlu pakai ijazah dan menjalani test-test aneka macam. Yang penting punya modal untuk usaha.

Alhamdulillah, dari usaha dagang buah itu ekonominya membaik, sehingga berani
berumahtangga dan punya anak. Tapi dasar orang Indonesia, baru bisa ngliwet kenthel
(baca: rejeki membaik) saja sudah macem-macem pikirannya. Dia tergoda punya WIL.

Kebetulan pula sang WIL punya suami. Tapi prinsip Helmi, sepanjang ceweknya
mau, kenapa takut? “Dia suruh cerai dengan suaminya, kan beres.” Begitu tekad Helmi.

Namanya jadi WIL dan PIL, pastilah tak puas jika hanya jajan dan nonton bareng.
Tidur bareng pastilah menjadi target utama. Itu pula yang dilakukan pasangan Helmi –
Dedeh.

Tentu saka karena sudah dapat layanan bonggol, Helmi harus siap selalu
mengeluarkan benggolnya untuk sang WIL. Pendek kata dia siap menjadi mesin ATM
Dedeh, karena prinsipnya kemudian, “ Bisnis buah-buahan menurun nggak papa, yang
penting pasokan buah dada selalu terjamin.”

Sampai-sampai Helmi pun mau ambil Dedeh sebagai istrinya. Bagaimana dengan
istri di rumah? Apakah dia mau poligami? Itu urusan kesekian. Yang penting Dedeh
bersedia cerai dari pamajikan (suami), dan kemudian terjadilah perkawinan agung.

Tapi untuk opsi ini, Dedeh masih pikir-pikir dulu untung ruginya. Jika sekedar kencan oka-oke saja, tapi bila keluarga jadi korban, nanti dulu.

Status suami Dedeh memang lebih terhormat, jadi pegawai. Karenanya untuk
melepaskannya dan kemudian jadi bini pedagang buah, kan statusnya jadi menurun.

Maka ketika Helmi menagih kapan ceraianya, dia menolak. “Kamu hanya kuat di
bonggol, tapi lemah di benggol. Rugi dong aing (saya).” Jawab Dedeh ketus.

Eh, Helmi naik pitam, dan WIL pun dicekik, kemudian mayatnya digantung.
Keluarganya lapor polisi. Melihat bukti-bukti di lapangan polisi curiga bahwa korban
mati dibunuh. Kecurigaan mengarah pada Helmi yang selama ini dekat dengannya.
Pedagang buah itu diperiksa dan kemudian mengakulah sebagai pembunuhnya.

“Dia janji mau cerai ke suami, kok batal. Padahal saya sudah habis-habisan.” Ujar Helmi.

Sampai habis pula kesabarannya. (GTS)

News Update