Dalam pekan ini akan terjadi banyak kejutan politik, utamanya terkait dengan komposisi pasangan bakal capres dan cawapres.
Ini, menyusul keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membolehkan kepala daerah yang sekarang menjabat ikut kontestasi dalam pilpres 2024, meski berusia di bawah 40 tahun.
Keputusan MK yang menuai kontroversi bisa menggerus elektabilitas kandidat yang terkait langsung dengan keputusan MK. Lebih – lebih jika muncul sentimen publik atas keputusan yang dinilai kurang atau tidak elok karena mengarah kepada memberi peluang kepada pihak tertentu ikut kontestasi.
Di sisi lain, keputusan MK tersebut kian menguatkan dukungan kepada sang idola yang selama ini digadang – gadang maju dalam pilpres. Derasnya dukungan ini, bisa jadi hanya euforia, bisa juga fakta adanya karena berbagai alasan.
Karenanya, keputusan MK akan dapat mengubah peta kekuatan parpol koalisi dalam memasuki pilpres yang tinggal 5 bulan lagi.
Kecenderungan dapat terlihat setelah parpol koalisi secara resmi mendeklarasikan bakal cawapresnya untuk mendampingi Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo.
Bisa disebut pekan ini adalah pekan menentukan, boleh jadi akan banyak kejutan. Bakal cawapres yang dideklarasikan, bisa saja di luar tokoh yang selama ini disebut – sebut, memiliki peringkat atas elektabilitas.
Elektabilitas memang menjadi rujukan, tetapi ada faktor lain yang lebih utama, yaitu menambah bobot pasangan, semakin chemistry. Setidaknya melengkapi sosok bakal capres, atau menambal kekurangan yang ada.
Tujuannya, tak lain, untuk membesarkan dukungan guna mendulang perolehan suara saat pencoblosan, 14 Februari 2024.
Arah dukungan para relawan dan simpatisan kelompok tertentu sudah terbaca. Pecah dukungan dari kelompok relawan juga sudah terjadi. Publik pun sudah dapat menduga kemana arah kebijakan politik yang digulirkan.
Strategi sah – sah dilakukan dengan beragam cara, tetapi satu hal yang perlu dijaga bersama adalah jangan sampai mencederai demokrasi.
.jpg)
