“Bro, kalian enggak pengen masuk parpol biar jadi Ketum?” tanya Heri mengawali obrolan Warteg usai maksi bersama sohibnya, Mas Bro dan Yudi.
“Saya enggak bakat menjadi politisi, saya lebih cocok jadi seniman seperti sekarang,” jawab Yudi.
“Kenapa?” tanya Heri lagi.
“Jadi politisi harus rela berkorban. Berkorban waktu, tenaga dan pikiran, kadang finansial. Sementara saya tidak punya kemampuan untuk itu, utamanya finansial,” jawab Yudi.
“Kok pakai finansial segala?” tanya Heri.
“Loh untuk ke sana – ke mari kan butuh dana. Ngobrol di warung kopi, datangi masyarakat di beberapa tempat, memangnya enggak pakai modal,” kata Yudi.
“Betul juga kalau mau menyerap aspirasi masyarakat harus sering kopi darat, datangi masyarakat, apa keluhannya, apa masalahnya, apa yang sedang dihadapi. Harapannya seperti apa,” kata Heri.
“Iya Mas enggak cukup pidato sana – sini, tapi terjun langsung ke tengah masyarakat, hidup bersama masyarakat, biar mengetahui kondisi yang sebenarnya seperti apa,” tambah Ayu Bahari, pengelola Warteg.
“Tuh dengerin suara rakyat,” kata Yudi membenarkan perkataan Ayu.
“Jangan cuma datang kalau mau ada perlunya saja, mau Pemilu baru bertamu. Selama ini ke mana aja,” sambung Ayu.
“Curhat ya Yu. Curhatan politik,” tanya Heri.
“Terserah apa namanya, tetapi saya bicara fakta. Tuh tetangga kampung saya, selama ini ketemu aja melengos, eh..kemarin malah nyapa duluan penuh senyum. Enggak tahunya ada spanduk dia lagi nyaleg,” urai Ayu.
“Enggak semua caleg begitu Yu,” kata Yudi.
“Kita boleh beda pendapat, satu keluarga saja bisa beda partai kok. Itulah demokrasi. Itu mas Kaesang Pangarep ketum PSI, sementara kakaknya Mas Gibran kader PDIP,” kata Ayu.
“Wah rupanya Bu Ayu mengikuti perkembangan politik terkini,” kata Heri.
“Lho harus toh mas, biar enggak ketinggalan. Kita perlu update info, jangan cuma update status,” jelas Ayu.
“Lantas komen Ayu soal Kaesang masuk parpol, langsung didapuk jadi ketua umum?” tanya Heri.
“Berarti orang hebat, punya keistimewaan dong. Kalau tidak, mana bisa,” kata Ayu.
“Betul juga Yu, menjadi ketua ranting, ketua cabang saja prosesnya cukup panjang, apalagi ketua umum DPP enggak bisa sembarang orang,” tambah Mas Bro. “Itulah politik.” (joko lestari)