“Kolaborasi akan semakin kuat, jika diawali dengan keterbukaan dan
kejujuran. Kian solid, jika melepaskan ego sektoral, ego kekuasaan serta ego
kekuatan dan kemenangan. Satu hal lagi, kolaborasi bukanlah konspirasi,
bukan oligarki, bukan pula kolusi."
-Harmoko-
Menyongsong Pilpres 2024, partai politik tak hanya membutuhkan koalisi untuk mengusung pasangan capres dan cawapres, tetapi hendaknya membangun kolaborasi. Mengapa? Jawabnya, paradigma kolaborasi harus menjadi inspirasi
bagi setiap gerak langkah pemerintah, badan dan lembaga tinggi negara.
Kerangka berpikir kolaborasi hendaknya menjadi tatanan baru bagi seluruh
elemen bangsa, utamanya politisi, kandidat dan calon pejabat negeri dalam
membangun bangsa dan negara ke depan.
Kolaborasi bisa menjadi satu solusi mengatasi berbagai berbagai persoalan
bangsa yang semakin kompleks, rumit dan berbelit. Tak hanya pembelahan
politik,dukungan dan pilihan yang semakin tajam jelang pemilu serentak.Juga
dampak negatif, yang bisa terjadi, pasca pemilu, tahun depan.
Kita tentu berharap, melalui hajatan besar bangsa yang disebut “pesta
demokrasi”, terbangun kebersamaan menyongsong masa depan yang lebih baik
lagi dengan melepaskan segala ego, termasuk ego politik,sosial, serta ego
kekuatan dan kekuasaan karena memenangkan kontestasi.
Dengan kemenangan yang diraihnya, hendaknya semakin menyadarkan bahwa
kekuasaan yang dimiliki karena mendapat mandat dari rakyat.
Siapa pun yang terpilih kelak sebagai kepala pemerintahan, kepala lembaga
tinggi negara, menjadi pejabat dan wakil rakyat adalah pemegang kewenangan
kekuasaan setelah mendapat pelimpahan dari rakyat melalui pemilu. Pemenang pemilu bukan pemilik kekuasaan yang bisa menggunakannya dengan
sesukanya.
Patut diingat pula bahwa pemilu digelar untuk kita bersama, demi kemajuan kita
bersama, maka siapa pun pemenangnya adalah kemenangan untuk kita bersama.
Itulah perlunya membangun kolaborasi, yang tujuannya untuk kemajuan kita
bersama, semakin memajukan negara dan bangsanya. Semakin memakmurkan
dan menyejahterakan rakyat, bukan pejabat dan kerabatnya.
Melalui kolaborasi diharapkan dapat mengakhiri pembelahan sosial dalam
masyarakat akibat pemilu selama satu dekade terakhir ini.
Menjadi tugas kita bersama, utamanya politisi, kandidat calon pemimpin
bangsa, baik di eksekutif maupun legislatif, agar Pemilu 2024 menjadi era baru
politik Indonesia, yakni politik kolaborasi. Bukan segregasi, apalagi polarisasi.
Politik yang mencerahkan dan menyadarkan bahwa perbedaan dan
keberagaman adalah keniscayaan. Wajib dikelola menjadi kekuatan untuk
menyatukan demi kemajuan bangsa dan negara.
Politik kolaborasi adalah politik yang menjadikan keutuhan bangsa dan negara
di atas segalanya, segala kepentingan individu, golongan dan kekuasaan. Bukan
menaburkan rasa curiga, menebarkan kebencian, perselisihan, permusuhan
untuk saling menjatuhkan.
Politik yang semakin memperkuat pijakan bahwa tujuan utama kontestasi
politik adalah untuk memperjuangkan nilai – nilai kebaikan dan kemaslahatan
seluruh warga negara, tanpa kecuali.
Politik kolaborasi ini perlu diimplementasikan dalam kehidupan nyata, bukan
jauh dari fakta.Bukan pula sebatas wacana dan euforia belaka. Kolaborasi yang
penuh dengan aksi, bukan sebatas basa- basi, jauh dari realisasi.
Membangun pola kerja sama tanpa prasangka, dan jauh dari rasa curiga.Kolaborasi yang didalamnya terjalin interaksi, serta adanya kompromi beberapa elemen yang terkait individu, lembaga dan kekuasaan.
Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah adanya kesamaan persepsi,
kesamaan tujuan, kemauan untuk berproses, dan saling memberikan manfaat.
Bicara tujuan, tentu untuk masa depan bangsa yang lebih baik lagi, semakin
tangguh menghadapi beragam tantangan dan ancaman ketidakstabilan ekonomi
dan geopolitik internasional.
Begitupun manfaat yang didapat untuk kita semua, bangsa Indonesia seperti
dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Hanya saja, kolaborasi akan semakin kuat jika diawali dengan keterbukaan dan
kejujuran. Kian solid jika masing- masing pihak melepaskan ego sektoral, ego
kekuasaan serta ego kekuatan dan kemenangan.
Satu hal lagi, kolaborasi jangan mengarah kepada konspirasi, bukan mendorong
tumbuhnya oligarki dan menyuburkan kolusi. Sebab,kolaborasi bukanlah
konspirasi, bukan oligarki, bukan pula kolusi.
Mari perkuat kolaborasi dengan merujuk kepada nilai - nilai luhur budaya
bangsa kita, falsafah Pancasila. (Azisoko)