Jepang Buang Air Limbah ke Laut, Negara China Hingga Korea Selatan Ajukan Protes dan Kritikan Pedas

Jumat 25 Agu 2023, 10:20 WIB
Jepang buang air limbah ke laut (JapanToday)

Jepang buang air limbah ke laut (JapanToday)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Meski mendapat protes dari berbagai pihak, Jepang tetap bersikeras akan memulai pembuangan air limbah radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudra Pasifik pada Kamis (24/8/2023) kemarin.

Mendengar hal tersebut, para pihak yang tak menyetujui adanya pembuangan air limbah radioaktif itu pun beramai-ramai melakukan aksi protes di pantai yang menuju area pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang telah rusak akibat peristiwa gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011 lalu di Kota Namie, timur laut Jepang.

Pihak operator pabrik Tokyo Electric Power (Tecpo) 9501.T menyampaikan bahwa aksi pembuangan limbah tersebut akan dimulai sekitar pukul 13.00 waktu setempat.

Diketahui, hal tersebut merupakan langkah yang sangat kontroversial dan menimbulkan banyak kontra. Namun, langkah itu juga yang menjadi tonggak sejarah bagi upaya perjuangan masyarakat Jepang untuk melawan peningkatan cadangan air radioaktif.

Dilansir dari laman Reuters pada Jumat (25/8/2023), air limbah radioaktif itu dilepaskan dalam jumlah kecil terlebih dahulu, yakni sekitar 1 juta metrik ton air. Limbah tersebut pun diketahui dilepaskan dengan pemeriksaan yang ketat.

Menurut laporan media setempat, debet pertama limbah air yang akan dibuang memiliki besar hingga 7.800 meter kubik atau setara dengan 3 kolam renang olimpiade air. Proses pembuangan itu rencananya akan berlangsung selama 17 hari.

Menurut hasil penelitian yang diuji oleh Tepco yang diumumkan pada pekan lalu, air limbah Fukushima ternyata mengandung sekitar 63 becquerel tritium per liter. Becquerel sendiri merupakan satuan radioaktif.

Angka tersebut diketahui berada di bawah batas tritium Organisasi Kesehatan Duni (WHO) untuk penggunaan pada air minum yang hanya 10 ribu becquerels per liter.

Imbas dari pembuangan air limbah yang dilepaskan ke Samudra Pasifik pun menuai kritik dari berbagai pihak, salah satunya negara China. China menilai bahwa langka yang diambil Jepang merupakan langkah yang "egois dan tidak bertanggung jawab."

"[Pemerintah Jepang] sangat egois dan tidak bertanggung jawab dalam meluncurkan pembuangan limbah secara oaksa, menempatkan kepentingan egoisnya sendiri di atas kesejahteraan seluruh umat manusia," ujar juru bicara administrasi keselamatan nuklir China pada Kamis kemarin.

Tak hanya itu, China juga mengatakan jika pihaknya akan mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan guna melindungi biota laut, keamanan pangan, kesehatan masyarakat, serta meningkatkan pemantauan terkait tingkat radiasi di area perairan yang terdampak pembuangan limbah tersebut.

Selain negara China, Korea Selatan juga turut menyatakan ketidak setujuannya terhadap aktivitas pembuangan tersebut. Tak sedikit aktivis di Korea Selatan yang memberikan kecaman terhadap pembuangan limbah di Jepang, meskipun Seoul dengan resmi mengatakan jika mereka tak menemukan masalah pada unsur ilmiah dan teknis dari kegiatan pembuangan air limbah radioaktif itu.

Beberapa kelompok nelayan Jepang juga secara terbuka menolak adanya proyek tersebut. Mereka khawatir pengolahan limbah ini akan merusak reputasi dan bisnis mereka, terutama karena pembatasan ekspor ke pasar-pasar utama di Beijing.

Pada hari Kamis, Hong Kong dan Makau mengatakan mereka tidak akan menerima makanan hasil olahan laut Jepang dari beberapa daerah, seperti ibu kota Tokyo dan Fukushima.

Sejak awal, proyek pengolahan limbah mendapat tentangan keras. Banyak orang yang khawatir limbah Fukushima akan merusak lingkungan karena kandungan tritium di dalamnya.

Meski begitu, Jepang berkali-kali menegaskan bahwa limbah ini bisa dibuang dengan aman karena terkendali. Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) selaku pengawas nuklir PBB juga sudah memberikan lampu hijau terkait proyek pembuangan air limbah tersebut ke Samudra Pasifik.

Menurut IAEA, dampak tritium terhadap lingkungan dan manusia “dapat diabaikan” karena konsentrasinya memenuhi standar keselamatan internasional.

Masalah sampah ini semakin meningkat sejak hancurnya pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima pada Maret 2011 lalu setelah Jepang diguncang gempa berkekuatan 9,0 skala Richter di lepas pantai Jepang. Akibat dari peristiwa tersebur, tiga reaktor nuklir rusak parah akibat tsunami setelah gempa. 

Sejak itu, operator Tepco telah mengumpulkan sebanyak 1,34 juta ton air yang digunakan untuk mendinginkan sisa-sisa radioaktif reaktor. Air sebanyak itulah yang nantinya akan dibuang ke Samudera Pasifik.

Tepco mengatakan air tersebut telah diencerkan dan disaring untuk menghilangkan semua zat radioaktif kecuali tritium, yang kadarnya jauh di bawah tingkat berbahaya. 

News Update