JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Multaqo Ulama Habib Umar bin Hafidz dari Yaman datang ke Indonesia.
Kehadiran Habib Umar bin Hafidz ke Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Jawa Timur itu, langsung disambut puluhan ribu Nahdliyin.
Tak heran kehadiran Habib Umar bin Hafidz pada Selasa 22 Agustus 2023 itupun, ikut viral karena banyak diwartakan di berbagai media, hingga sosial media.
Dalam ceramahnya, beliau turut menyinggung bagaimana pemilihan pemimpin sebuah negara dianggap ideal dalam kacamata agama Islam. Kata Habib Umar, pada dasarnya pemilihan para pemimpin di banyak negara di era dahulu, kerap diserahkan kepada tokoh-tokoh mereka.
Hal ini seakan sesuai dengan kondisi Indonesia yang tengah memasuki tahun politik menghadapi kontestasi Pilpres 2024.
"Dahulu itu di dalam memilih pemimpin, di zaman dahulu itu, adalah diserahkan kepada tokoh-tokoh mereka. Pembesar-pembesar mereka, sesepuh mereka, yang memiliki pengalaman yang banyak, pemikiran yang dalam, pemikiran tokoh dari setiap suku," kata Habib Umar seperti disitat dalam siaran Youtube Nabawi TV, Rabu 23 Agustus 2023.
Tokoh-tokoh yang berhak melakukan pemilihan terhadap pemimpin yang tepat, adalah kalangan orang-orang yang terhormat, dengan segala keilmuan mereka.
"Maka orang-orang ini dikumpulkan, dan mereka yang memilih siapa gerangan yang pantas untuk memimpin mereka semuanya," kata dia di depan massa yang antusias mendengar ceramahnya.
Hal ini seolah berbeda dengan kondisi saat ini. Di mana, entah membawa dari mana aturan tersebut, pemimpin yang ideal dianggap adalah sosok yang memiliki suara paling banyak. Dan dialah yang dianggap paling berhak memimpin sebuah negara.
Entah apakah suara itu datang dari orang dalam gangguan kejiwaan, tidak berakal, ataupun orang bodoh, ataupun orang-orang yang jelas-jelas ingin merusak, di tengah-tengah masyarakat.
Bahkan sampai-sampai, gara-gara ini semua, semua orang jadi saling berselisih. Lalu saling melakukan perpecahan antar-mereka satu sama lain.
Bahkan perselisihan sampai masuk ke ruang-ruang keilmuan. "Sampai menyebarnya syariat dari Rasulullah SAW yang dipermainkan akibat aturan-aturan yang mengatur cara pemilihan yang keliru ini, sehingga mereka mengklaim dari tempat-tempat ilmu tersebut, 'Oh saya condong kepada pemimpin yang ini, Saya condong ke pemimpin yang itu,'" ujar dia.
"mereka saling berselisih, saling baku hantam, saling mencaci, saling memaki. Bahkan sampai mengucapkan kata-kata yang tidak baik."
Padahal, lanjut dia, hal tersebut bukan datang dari orang-orang yang mengenal keilmuan.
"Maka seandainya kita ingin memilih orang, maka pilihlah orang yang takut kepada Allah SWT. Ataupun orang yang bisa memberikan manfaat, yang banyak kepada umat ini. Bukan dari orang yang memiliki popularitas tinggi. Atau orang yang dikenal di tengah-tengah masyarakat, dengan harta dan sebagainya," ujar dia.
Dan seandainya itupun terjadi juga, lanjutnya, jangan sampai ini menyebabkan perpecahan. Termasuk adanya aktivitas saling mencaci ataupun saling berdusta, demi meraih itu semua.
"Apalagi mereka yang tidak peduli pada agama Allah, ini yang akan merusak. Sebab Allah akan menolong orang yang tidak terlalu terobsesi, pasti akan dibantu oleh Allah," kata Habib Umar bin Hafidz.