ADVERTISEMENT

Pengamat Energi UGM Sebut Revolusi Mental Gagal Dalam Transisi Energi

Kamis, 20 Juli 2023 14:48 WIB

Share
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi. (ist)
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengatakan, progres revolusi mental, yang diusung Presiden RI Joko Widodo sejak 2014, dinilai belum optimal, bahkan boleh dikatakan gagal.

“Penilaian itu sebenarnya tidak berlebihan karena dalam waktu hampir 10 tahun revolusi mental belum memberikan hasil maksimal di segala bidang, termasuk dalam transisi energi,” kata Fahmy, Kamis  (20/7/2023).

Revolusi mental, katanya, dibutuhkan dalam transisi energi yang bertujuan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 lantaran revolusi mental mendorong perubahan paradigma penggunaan energi bersih, yang ramah lingkungan.

“Syarat utama dalam pencapaian NZE adalah 0% karbon dari knalpot kendaraan bermotor, 0% karbon dari asap pabrik, dan 100% pembangkit listrik EBT. Hingga kini pencapaian syarat itu masih sangat minim,” bebernya.

Hampir 100% kendaraan bermotor masih menggunakan BBM fosil, lebih 90% pabrik masih menyumbang karbon dalam jumlah besar, dan sekitar 56% pembangkit listrik masih mernggunakan energi kotor batu bara.

“Untuk mempercepat memenuhi syarat itu perlu diterapkan revolusi mental lantaran dibutuhkan perubahan paradigma secara radikal  untuk migrasi dari penggunaan energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT),” ucapnya. 

Indonesia sesungguhnya memliki resources EBT yang berlimpah-ruah, di ataranya: Biothermal, Biomass, Biofuel,  Tenaga Surya, Tenaga Angin, Micro Hydro. Energi Gelombang Laut, Energi Pasang Surut, Fuel Cell. Energi

“Sampah, dan Energi Nuklir.  Masalahnya, selain belum adanya perubahan paradigma, Indonesia juga tidak memiliki teknologi untuk mengembangkan EBT,” ungkapnya.

Agar tidak tergantung teknologi negara asing, ada urgensi untuk mengembangkan teknologi EBT secara mandiri.

“Pasalnya, kemandirian merupakan salah satu esensi revolusi mental. Penguasaan teknologi secara mandiri harus dilakukan melalui pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) anak bangsa dalam peningkatan kapabilitas teknologi (technological capability) EBT,” sebutnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Rizal Siregar
Editor: Tri Haryanti
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT