Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo. (foto: ist)

Opini

Polemik dan Konflik

Sabtu 24 Jun 2023, 07:35 WIB

Oleh Joko Lestari, wartawan Poskota

Ada hal menarik yang disampaikan mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo menyoal kondisi politik jelang pilpres. Dalam orasinya bertajuk “Oke Ganti” di Al-Jazeerah Function Hall Polonia, Jakarta Timur, Rabu (21/6/2023) lalu, Gatot

menilai kondisi politik saat ini semakin tidak terkontrol, di mana – mana melontarkan provokasi hanya untuk kepentingan masing – masing, jauh dari edukasi.

Gatot meminta seharusnya para elite politik membuat suasana aman dan nyaman untuk rakyat, dengan tidak fokus kepada perebutan jabatan.

Apa yang dikatakan mantan Panglima TNI ini sebagai sebuah catatan, kalau tidak disebut sebagai kritik. Yah, catatan yang patut menjadi renungan bersama untuk mewujudkan pemilu yang aman, nyaman, damai dan bahagia.

Pemilu serentak, pesta demokrasi hendaknya menjadi hajatan yang menggembirakan layaknya sebuah pesta pernikahan, bukan sidang menuju gugatan perceraian yang diwarnai intrik, polemik dan konflik.

Dapat dipahami, jelang pesta, polemik tidak terhindarkan baik di internal keluarga maupun eksternal, para pendukung acara. Ini wajar saja dalam sebuah hajatan, apalagi pesta besar – pesta demokrasi yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia.

Yang penting adalah bagaimana masing – masing mematuhi etika dan norma dalam berpesta, sehingga tidak terjadi pertikaian yang berdampak kepada perpecahan dan pembelahan sosial.

Beda pendapat dan penafsiran adalah hal yang biasa, karena adanya beda parpol, beda capres - cawapres, beda pilihan dan dukungan.Hanya saja perbedaan itu tidak secara terus menerus dipertentangkan, sehingga menimbulkan perdebatan yang tiada habisnya yang menjurus kepada embrio perselisihan.

Hargai perbedaan, bukankah itulah demokrasi kita, demokrasi yang berlandaskan kepada nilai –nilai luhur Pancasila, yang di dalamnya mengajarkan saling menghormati dan menghargai. Tidak semena – mena, tidak memaksakan kehendak, tidak maunya menang sendiri, benar sendiri, yang lain salah.

Tidak dilarang merasa dirinya paling baik, lainnya jelek, tetapi tidak lantas menjelek – jelekkan orang lain, pihak lain. Mereka yang berseberangan jalan, sebagai lawan politik.

Jadikan lawan politik sebagai teman berdemokrasi, bukan musuh yang harus dihabisi, dikebiri, termasuk para pendukungnya.

Pemilu adalah ajang menuju pergantian kekuasaan, tetapi bukan memaksakan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, yang akan menyisakan polemik dan konflik. (*).

Tags:
mantan-panglima-tniGatot NurmantyoPolitik2024pemilu

Administrator

Reporter

Fernando Toga

Editor