JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pantun politik yang disampaikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto soal Jokowi-Ganjar sejati disinggung-singgung oleh pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam.
Diketahui dalam pantunnya Hasto menyebut Jokowi dan Ganjar sudah sehati. Tak lama publik langsung menerka-nerka, apa maksud dari pantun yang dilontarkan Hasto tersebut.
Menurut Khoirul Umam, pantun Jokowi-Ganjar sehati sebenarnya oleh kawan-kawan di PDIP disebut sebagai penghangat suasana saja. Akan tetapi, Umam mengakui ada makna mendalam di balik itu semua.
"Tetapi kalau misal kita sekali lagi mencermati konten pantun yang disampaikan oleh Pak Hasto, maka sebenarnya pantun itu memiliki muatan serangan, sekaligus sentilan terhadap kekuatan yang selama ini mengklaim memiliki kedekatan dengan Presiden Jokowi," kata Umam di Sapa Indonesia Malam, disitat Senin 5 Juni 2023.
Jika berkaca dari ucapan itu, Umam menyebutnya bahwa PDIP tengah menyerang figur Prabowo Subianto.
Sebab bagaimanapun, meningkatnya elektabilitas Prabowo Subianto, lalu bagaimana kedekatan yang dibangun oleh beliau dengan beberapa momentum pertemuan belakangan ini, diakui bisa memberikan insentif elektoral yang cukup signifikan bagi dirinya.
Maka itulah Hasto kemudian berupaya mengkapitalisasi Jokowi sebagai bagian dari keluarga besar PDIP, sehingga kemudian tidak menjadi bahan rebutan dari kelompok-kelompok atau elemen capres yang akan maju di 2024 mendatang di luar PDIP.
"Oleh karena itu PDIP mencoba untuk mengandangi ini, mengkapitalisasi, sekaligus untuk mengkanalisasi supaya kemudian leverage atau insentif elektoral yang menjadi bagian dari basis pemilih loyal Pak Jokowi tetap bisa berada di kandang banteng, bukan di kelompok yang lain," kata dia.
Bagi Umam, pantun Hasto soal Jokowi-Ganjar sehati ini menjadi sebuah tantangan tersendiri, karena bagaimanapun di lingkaran internal pemerintahan saat ini, ada tendensi atau kecenderungan terjadinya fraksionalisme dalam konteks koalisi.
"Memang satu entitas yang kemudian direpresentasikan oleh PDIP menyebut didukung oleh Pak Jokowi. Tetapi ada elemen-elemen lain yang justru juga menyampaikan aspirasi untuk mengajukan alternatif lain dalam konteks ini adalah Prabowo Subianto," katanya.
Maka itu dia menilai memang ada semacam kecenderungan fraksionalisme. Sebut saja di satu sisi Jokowi ikut mendeklarasikan Ganjar Pranowo.
Di satu sisi, kedua anaknya menampilkan ekspresi dukungan secara tidak langsung kepada seorang Prabowo Subianto. PDIP kemudian langsung meresponsnya begitu cepat, dengan memanggil Gibran Rakabuming Raka.
Kendati tidak ada punishment, tetapi pemanggilan itu dianggap sebagai sebuah peringatan, bagaimana semua garis komando di dalam garis kepartaian di PDIP harus tunduk pada konstitusi partai dan tunduk pada komando partai.
"Nah Oleh karena itu memang masih ada kemungkinan terjadinya pembelahan di dalam konteks dukungan. Bisa saja kemudian secara fatsun politik Pak Jokowi tetap berada di PDIP menunjukkan sikap kepatuhannya, tetapi bukan berarti kemudian elemen-elemen di sekitar Pak Jokowi juga sama," katanya.