Obrolan Warteg: Maju Mundur Kapan Sampainya

Ada perumpamaan menarik yang disampaikan Presiden Jokowi untuk menjaga kesinambungan pembangunan, siapapun presiden yang terpilih kelak.

Dalam pertemuan dengan para pemimpin media nasional, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (29/5/2023), Jokowi mengingatkan pergantian kepemimpinan nasional di Indonesia selama ini tidak memperhatikan berkelanjutan. “Jadi ibaratnya sudah masuk SMA, balik ke SD. Silakan orang boleh mau gaya pop, gaya dangdut, gaya rock, tapi maju terus. Jangan maju mundur kayak poco – poco.”

“Jadi kalau selama ini dinilai ikut cawe – cawe, di antaranya agar tidak maju mundur kayak poco – poco ya,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya mas Bro dan Yudi.

“Ya, kira – kira seperti itu, cawe- cawe yang positif,” kata Yudi.

“Ibarat orang jalan, kalau maju mundur kapan sampainya. Sudah maju selangkah, mundur lagi selangkah. Itu sih sama saja jalan di tempat. Maju mundur juga tanda adanya keraguan” tambah mas Bro.

“Masih mending kalau mundurnya selangkah. Lah kalau mundurnya dua langkah, bukan kemajuan, tetapi kemunduran,” urai Yudi.

“Membahas apa sih mas, dari tadi ngomong soal maju mundur,” celetuk Ayu Bahari, pengelola warteg.

“Ini soal tari,” jawab Heri.

“Kalau menari memang maju mundur, ke kiri dan ke kanan, ada kalanya berputar dan melingkar seperti berdansa. Kalau menari maju terus nabrak orang, bisa – bisa mentok dong?,” kata Ayu.

“Betul Yu, tetapi kalau pembangunan harus jalan terus, jalan di tempat saja namanya kemunduran, apalagi mundur ke belakang,” ujar Heri.