“Pandai membaca keadaan sehingga mengetahui waktu yang tepat kapan harus berbicara dan kapan harus diam, menjadi salah satu ciri orang bijak. Tidak tergiur menilai orang lain meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya.”
-Harmoko-
Bersikap bijak, bisa dikatakan yang paling dibutuhkan dalam menyikapi dinamika politik yang terjadi belakangan ini. Bijak, bukan hanya dalam berkomentar, memberi pernyataan, menyampaikan pesan dan saran. Tetapi bijak pula dalam merespons pesan.
Menjelang pilpres dan pileg, dinamika politik semakin dinamis yang diwarnai dengan kian beragamnya isu politik bertebaran di dunia maya, juga aktivitas politik dalam dunia nyata.
Pernyataan para elite politik pun terlihat sudah saling serang, baik melalui sindiran, pesan tersembunyi, maupun pernyataan politis yang kadang bombastis.
Meski begitu secara keseluruhan dinamika politik yang terjadi belakangan ini masih dalam batas kewajaran. Menjadi masalah, jika setiap pernyataan elite politik digugat, dibawa ke jalur hukum untuk dipidanakan.
Idealnya setiap pesan politik, direspons dengan pesan pula. Jika pesan yang disampaikan keliru, kurang tepat, tunjukkan kepada publik, bahwa pesan tersebut tidaklah tepat sasaran.
Biarlah publik yang menganalisa dan menilainya sebagai rujukan untuk bersikap, menentukan pilihan politiknya kelak. Itulah sikap bijak dalam merepons pesan dan kritikan.
Kita patut meyakini bahwa elite politik yang hanya pandai mengkritik, asal bicara tanpa data, pada saatnya akan ditinggalkan pendukungnya.
Sebaliknya, sedikit bicara, tetapi banyak aksi nyata bagi kemajuan banga, akan digandrungi simpatisannya. Kapan itu terjadi? Jawabnya waktu yang akan menentukan dan dibuktikan saat pencoblosan pilpres ataupun pileg mendatang.
Saatnya menyiapkan diri dengan bersikap bijak agar dicintai rakyat. Bijak berarti senantiasa menggunakan akal budinya, bukan hanya mengandalkan kepandaiannya, kehebatannya, kekuatan dan kekuasaannya.
Maknanya sikap bijak berarti menjauhkan diri dari sifat “Adigang, adigung lan adiguno”
Bijak atau bijaksana, bukanlah suatu bentuk kepandaian. Tetapi, kepandaian seseorang turut membantu dalam bersikap bijaksana. Orang yang cerdas sering dianggap bijaksana karena kemampuannya dalam mengambil keputusan yang tepat dengan kepala dingin dan sesuai dengan keadaaan.
Pandai membaca keadaan sehingga mengetahui waktu yang tepat kapan harus berbicara dan kapan harus diam, menjadi salah satu ciri orang bijak. Tidak tergiur menilai orang lain meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya. Lebih mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dalam mengambil keputusan.
Orang yang bijaksana lazimnya tidak egois, menghargai dan menjaga perasaan orang lain, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Jelang pemilu serentak, kian dibutuhkan politisi bijak. Bijak dalam memberi pernyataan dan merespons pernyataan demi kesejukan situasi. Bukan sebaliknya dengan sikap dan perilaku yang memanaskan situasi.
Kita tahu, banyak manfaat yang didapat bagi orang bijak, di antaranya; lingkungan akan lebih damai dan sejahtera karena terdapat keseimbangan antara hak dan tanggung jawab. Mempercepat keadilan sosial sebagaimana cita - cita negeri ini didirikan, karena seperti disebutkan tadi,ciri orang bijak lebih mendahulukan kepentingan umum ketimbang kepentingan pribadi dan kelompoknya dalam mengambil keputusan.
Itulah sebabnya orang bijak semakin mendapat simpati, lebih dihargai, dihormati dan dipercaya publik. Ini, dapat mengerek elektabilitasnya, jika tampil sebagai kandidat pemimpin bangsa ke depan.
Yang tidak kalah pentingnya, tidak menyikapi secara berlebihan segala pujian yang datang dari kawan politiknya maupun kritikan dari lawan politiknya. Tidak terbawa arus ikut mengkritisi hanya karena tak ingin disebut tidak ikut peduli, sementara dirinya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tidak serta merta ikut – ikutan menghujat dan menyalahkan lawan politik hanya karena ingin dianggap masih satu aliran – satu barisan, sementara tidak tahu pasti, apakah orang tersebut salah dan harus dihujat. Mari bijak menyikapi isu politik jelang Pilpres. (Azisoko).