Jemaah Pria-Wanita Satu Shaf di Al Zaytun, Waketum MUI: Saya Yakin Setelah Viral, Mereka...

Rabu 26 Apr 2023, 09:14 WIB
Salat ied di Ponpes Al Zaytun Indramayu disorot MUI. Foto: Dok Ist.

Salat ied di Ponpes Al Zaytun Indramayu disorot MUI. Foto: Dok Ist.

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Waketum MUI KH Marsudi Syuhud menanggapi ramainya sorotan perihal salat ied di Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu.

MUI turut menyoroti salat ied Al Zaytun di mana ada perempuan satu shaf dengan lelaki.

Lantas, apa tanggapan MUI terkait salat ied di Ponpes Al Zaytun Indramayu yang viral di sosial media dan diperbincangkan banyak masyarakat ini?

Menurut Marsudi, dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah, layaknya tiap umat Islam memperhatikan aturan dan hukum-hukumnya. 

Bukan cuma itu, ada juga hal lain berupa adab atau akhlak beribadah. Sebab beribadah itu, dikatakan, sudah ada aturan bakunya, hukum-hukumnya, termasuk soal bagaimana melaksanakan salat seorang diri, berjamaah, hingga salat bersama antara laki-laki dan perempuan.

"Rasulullah menyampaikannya begini: Sesungguhnya shaf-shafnya laki-laki dan perempuan yang berjamaah, laki-laki di depan dan perempuan di belakang. Ini adalah adab, ini adalah tata cara. Kenapa demikian? Karena sesungguhnya keutamaannya salat perempuan atau wanita itu ditaruh di akhir shaf, akhir barisan," katanya di AKI Siang, Rabu 26 April 2023.

Marsudi bilang, Imam Nawawi menjelaskan, tujuan perempuan ada di shaf belakang adalah untuk menjauhkan antara penglihatannya laki-laki, gerak, dan pendengarannya.

"Lihat tuh di Mekkah, Masjidil Haram, itu ada sekatnya. Lihat tuh di Masjid Nabawi ada sekatnya sendiri." katanya.

Bahkan dalam anjurannya, jika selesai salat, sang imam dikatakan tak boleh pergi dulu sebelum jemaah perempuan keluar duluan.

"Maka diutamakan bagaimana kita hidup ya tetap pakai adab, tidak cukup hanya sah dan tidak sah saja. Apalagi di sebuah lembaga pendidikan."

"Mohon dipelajari referensi-referensi kitab, karena ini mengajarkan bagi Pesantren itu bagaimana cara beribadah, bagaimana adabnya tata caranya, tidak cukup hanya masalah sah dan tidak sah," katanya.

Terkait apakah MUI Pusat sudah berkoordinasi dengan pihak Pondok Pesantren Al Zaytun untuk membicarakan mengenai masalah, Marsudi yakin mereka akan melakukan perubahan.

"Saya yakin setelah ini viral, beliau-beliau kan ini kan orang ahli-ahli ilmu, pasti akan menambah referensinya, menambah bacaannya menambah kitab-kitabnya. Saya yakin ustaz-ustaz di sana nanti dengan adanya polemik ini pasti akan membaca banyak referensi," katanya.

Soal apakah akan terjadi keresahan di masyarakat perihal salat Ied di Al Zaytun, MUI mengatakan masyarakat harus cerdas melihatnya. Masyarakat dikatakan bisa merujuk pada teknologi yang sudah disiapkan seperti NU Online, atau jika belum bisa memahami utuh untuk mengikuti kyai-kyai, ustaz-ustaz setempat.

"Baik NU setempat, Muhammadiyah setempat, Al Irsyad, PUI dan lain-lainnya. Insya Allah rata-rata pada memahami semuanya," kata dia.

Berita Terkait
News Update