Oleh: Deny, Wartawan Poskota
MUDIK lebaran menjadi tradisi tahunan dilakukan bagi masyarakat Indonesia di kota-kota besar.
Tak terkecuali di Jakarta, bahkan pemerintah daerah (Pemda) DKI memprediksi jumlah pemudik tahun ini lebih tinggi dibanding tahun 2022.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo menyebutkan diperkirakan jumlah pemudik tahun ini mencapai 18 juta orang.
Angka tersebut, melainkan juga dari wilayah sekitar seperti Tangerang, Depok dan Bekasi.
Tingginya jumlah pemudik tersebut wajar, mengingat lebaran tahun ini pemerintah tidak melakukan pelarangan sebagaimana tahun sebelum-sebelumnya akibat Covid-19.
Bahkan bisa dikatakan mudik pertama kembali masyarakat pasca larangan pandemi Covid-19, hingga wajar juga pemudik membludak.
Namun demikian, dengan berakhirnya mudik dan arus balik warga setelah berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman ada kebiasaan membawa kerabat mereka ke Ibu Kota.
Hingga urbanisasi pun, juga kerap tak terelakan tiap tahunnya setelah musim mudik lebaran.
Stigma hidup di Kota dengan sejumlah kemudahan-kemudahannya pun masih menjadi ‘magnet’ masyarakat desa untuk datang ke Jakarta maupun kota-kota besar lainnya.
Padahal, tanpa pengetahuan dan keahlian dimiliki mimpi hidup indah dengan tinggal di Jakarta bakal menjadi petaka karena yanga ada malah sengsara.
Terkait urbanisasi ini, Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono pun turut mewanti-wanti kepada warga Jakarta yang mudik.
Ia mempersilahkan siapa pun datang ke Jakarta, asalkan memiliki keahlian dan tempat yang dituju tak asal nekat mengadu Nasib di Ibu Kota.
Heru menyebut, kekhawatiranya itu bukan tanpa sebab.
Pasalnya, orang nomer satu di DKI Jakarta ini tak ingin warga pendatang yang ada justru kian menambah beban angka penagangguran dan kemiskinan di Ibu Kota.
Mengingat juga, saat ini jumlah penduduk Jakarta sudah 11,7 juta orang.
Stigma hidup di Jakarta dengan kemudahan hidup, memang lah harus dihilangkan jauh-jauh saat ini.
Dan, marilah menggaungkan bahwa hidup di desa tidaklah juga kalah mudahnya saat ini dengan di Kota.
Terlebih teknologi saat ini, telah merata mampu menjangkau hingga ke pelosok-pelosok desa.
Hidup di desa jauh lebih sehat dan tenang, pemerintah pun harus mampu mendukung ini demi terciptanya pemerataan baik pembangunan dan ekonomi juga.
Dengan begitu pula, mereka pun tidak berbondong-bondong meninggalkan kampung untuk ke Kota demi mengadu Nasib. (*)