Pemimpin Eksil: Tibet Mati Perlahan di Bawah Kepemimpinan Tiongkok

Jumat, 31 Maret 2023 07:00 WIB

Share
Penpa Tsering
Penpa Tsering

POSKOTA.CO.ID - Tibet saat ini tengah sekarat dan akan mati perlahan di bawah pemerintahan Tiongkok.

Hal ini diungkapkan dalam pidato pertama di Kongres AS pada Selasa (28/3) oleh kepala organisasi yang berpusat di India yang dikenal sebagai Pemerintah Tibet di pengasingan.

Sebagian aktivis Tibet menyesalkan apa yang mereka lihat sebagai fokus yang memudar pada dugaan pelanggaran di Tibet, di tengah meningkatnya kekhawatiran di Washington dan negara Barat lainnya tentang perluasan militer Tiongkok, tekanan terhadap Taiwan yang demokratis, tindakan keras di Hong Kong dan kelompok minoritas di wilayah Xinjiang Tiongkok.

"Jika Republik Rakyat Tiongkok tidak membalikkan atau mengubah kebijakannya saat ini, warga Tibet dan Tibet pasti akan mati dengan perlahan," ujar Penpa Tsering yang dikenal sebagai Sikyong atau pemimpin politik dari Pemerintahan Pusat Tibet.

Keterangannya disampaikan melalui video pada sidang dengan Komite Eksekutif Kongres tentang Masalah Tiongkok yakni sebuah badan independen di pemerintahan AS yang mengawasi hak asasi manusia dan perkembangan hukum di Tiongkok.

Sikyong berperan pada 2012 usai Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet yang kini berusia 87 tahun melepaskan otoritas politik demi sebuah organisasi yang dapat bertahan lebih lama dibanding dirinya.

Sumber dari kongres mengatakan itu pidato pertama Sikyong di depan kongres yang kemungkinan akan membuat marah Beijing.

Beijing menuduh Dalai Lama mengobarkan separatisme di Tibet dan tidak mengakui Pemerintah Pusat Tibet (CTA) yang mewakili sekitar 100 ribu orang Tibet yang berada di pengasingan yang tinggal di sekitar 30 negara. Termasuk India, Nepal, Kanada, dan Amerika Serikat.

Tiongkok memerintah wilayah barat Tibet yang terpencil sejak 1951 setelah pasukan militernya bergerak masuk dan mengambil kendali wilayah tersebut dalam apa yang disebut sebagai "pembebasan damai".

Tiongkok membantah melakukan kesalahan di Tibet dan mengatakan campur tangannya mengakhiri "perbudakan feodal yang terbelakang" yang terjadi di wilayah tersebut.

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar