Kumpulan kekeluargaan yang memiliki tenggang rasa tinggi akan menghasilkan sebuah harmoni kehidupan bernegara, yang kelak pada akhirnya tercipta rasa nyaman dan kedamaian yang lebih luas.
Hidup tanpa diselimuti prasangka dan praduga.
Diperlukan keteladanan tokoh penting negeri ini, tokoh berpengaruh di panggung politik saat ini, dalam menebarkan sikap tenggang rasa kepada sesama sebagai bentuk penghargaan akan eksistensi diri dan hak asasi, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Dimulai dari ucapan, pernyataan di ruang publik, hingga testimoni yang menyejukkan, bukan memanaskan.
Yang berlanjut kepada perilaku dan perbuatan sehari-hari.
Jadi, tenggang rasa bukan sebatas kata.
Menjunjung tinggi tenggang rasa bukan saja menjadi hal penting di dalam mewujudkan harmoni kehidupan, namun juga akan menjadikan setiap diri mencapai martabat yang baik di hadapan manusia dan Tuhannya.
Sebagaimana pepatah mengajarkan “ Ajining diri dumunung saka lathi” - yang bisa diartikan bahwa tingginya martabat seseorang tergantung (berasal) dari tingkah laku kesehariannya sendiri.
Mari kita ajarkan tenggang rasa melalui keteladanan kepada keluarga kita, lingkungan kita, setidaknya bagi diri kita sendiri. (Azisoko)