JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Gawai bisa membantu stimulasi pertumbuhan anak.
Tetapi tetap memperhatikan sejumlah hal seperti fitur dan konten yang ada di dalam gawai tersebut.
Keterangan ini disampaikan Psikolog Anak Saskhya Aulia Prima.
"Kita harus memberi stimulasi dari berbagai arah supaya tumbuh kembang otaknya makin lengkap. Tetapi memang perlu memperhatikan beberapa hal. Gawainya seperti apa? Fiturnya yang bisa digunakan apa? Sampai konten-kontennya jadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan," ucapnya di Jakarta pada Jumat (17/2/2023).
Belajar melalui gawai ada keuntungannya. Salah satunya untuk mengasah kosa kata atau kosa kata bahasa Inggris anak jika di rumah orang tua lebih banyak berbahasa Indonesia.
Selain itu juga dapat mengulang apa yang telah anak pelajari di sekolah dengan akses yang tidak terbatas dan stimulus yang lebih interaktif.
"Informasi dalam gawai tidak terbatas itu sebagai alat belajar yang secara sensori atau secara indera itu banyak kita dapat inputnya dari visual, audio, gambar bergerak untuk yang malas belajar dan jadi bisa membuat anak lebih termotivasi belajar karena stimulus yang dikasih lebih interaktif," lanjutnya.
Salah satu pendiri layanan konsultasi psikologi Tiga Generasi ini mengingatkan orang tua untuk memberikan gawai atau gadget untuk bermain atau belajar saat anak usia dua tahun ke atas. Karena usia dua tahun ke bawah masih memerlukan fokus yang dibangun dengan interaksi langsung. Sementara usia 18 bulan hanya boleh menggunakan gawai untuk video call dengan pengawasan orang tua.
"Kenapa baru diberikan pada saat 18 bulan dan itu hanya video call dan buat dua tahun baru boleh gim dan lain-lain karena memang kemampuan manusia untuk konsentrasi dan menangkap interaksi sosial itu dua tahun ke bawah masih harus langsung," terang Saskhya.
Pemberian gawai perlu juga diperhatikan waktunya. Misalnya tidak saat sedang makan atau sebelum tidur agar anak tidak terlalu over stimulasi sehingga membuatnya susah tidur.
Salah satu cara agar anak tidak pasif saat sedang memainkan gawai adalah orang tua tetap berkomunikasi dengan anak. Dengan cara anak menceritakan kembali apa yang dilihatnya di gawai tersebut. Selain itu bisa melakukan kerajinan atau eksperimen antara orang tua dan anak saat sedang menonton video dari gawainya.
Namun tetap harus diseimbangkan dengan aktivitas lain di luar gawai seperti berolahraga atau kegiatan lain yang menjadi kesukaan anak.
"Sesibuk-sibuknya orang tua minimal sehari bisa menghabiskan 15 hingga 20 menit melakukan kegiatan apa yang disukai anak secara langsung. Jadi kadang-kadang idenya dibiarkan dari dia. Nanti kita mengikuti dia mau apa?" jelasnya.
Saskhya menyebutkan anak yang ketergantungan gawai biasanya mengalami keterlambatan perkembangan. Seperti kemampuan bicara, konsentrasi, atau kemampuan kesabaran yang minim karena teknologi gawai yang serba cepat dan tantrum usai menggunakan gawai.
Anak juga perlu dibatasi penggunaan gawai di jam-jam tertentu. Ini membantunya untuk membangun rutinitas disiplin agar tidak kebablasan menggunakan gawai. ***