PERTUMBUHAN ekonomi yang tinggi, hendaknya dibarengi dengan tingginya penyerapan tenaga kerja. Jika tidak, bisa disebut tidak berkualitas.
Pertanyaannya kemudian apakah pertumbuhan ekonomi negeri kita berkualitas? Jawabnya boleh jadi akan beragam.
Tetapi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, Hariyadi Sukamdani, seperti dikutip sejumlah media, mengatakan enggak. Alasannya, ya tadi, pertumbuhan ekonomi tidak berkualitas jika tidak dibarengi serapan tenaga kerja.
Mengutip data BPS, pertumbuhan ekonomi 2022 mencapai 5,31 persen, capaian tertinggi sejak tahun 2014.
Kementerian Investasi /Badan Koordinasi Penanaman Modal juga mencatat realisasi investasi sepanjang tahun 2022 mencapai Rp 1.207,2 triliun, tetapi penyerapan tenaga kerja tercatat 1,3 juta orang.
Masih seperti dikatakan Hariyadi Sukamdani, menengok ke belakang, tahun 2013 investasi Rp 398 triliun menciptakan lapangan kerja 1,8 juta orang.
“Kalau merujuk ke sana, dengan investasi 1.200 triliun, berarti hendaknya menciptakan lapangan kerja di atas 5 juta orang,” kata Heri dalam obrolan warteg usai maksi bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Intinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ditambah investasi yang tinggi pula hendaknya diiringi dengan tingginya penyediaan lapangan kerja,” kata Yudi.
“Iya teorinya demikian, tetapi acap teori tak sesuai ekspektasi,” kata mas Bro.
“Berari ada yang tak sejalan dong?Terus di mananya yang tak sejalan, teorinya atau praktiknya” kata Heri.
“Wah.. kalau itu para ahli yang lebih mengetahui. Bagi kami, rakyat kecil sangat berharap pertumbuhan ekonomi tinggi, investasi tinggi, lapangan kerja juga banyak tersedia. Jadi banyak pilihan,” urai Yudi.