Otak Atik Gantuk Capres

Jumat 10 Feb 2023, 09:12 WIB
Karikatur Sental-Sentil: Bisa jadi, Duet Capres Bagaikan Tembang Kenangan. (karikaturis: poskota/arief's)

Karikatur Sental-Sentil: Bisa jadi, Duet Capres Bagaikan Tembang Kenangan. (karikaturis: poskota/arief's)

POLITIK Indonesia masih cair. Belum ada yang pasti. Koalisi pun masih sebatas penjajakan. Masih bisa digoyang. Masih sangat mungkin berubah, sesuai dengan kesamaan kepentingan.

Sejauh ini, ada tiga poros koalisi. Koalisi Indonesia Baru (KIB) beranggotakan Golkar, PAN dan PPP. Koalisi Perubahan yang digawangi Partai Nasdem, PKS, dan Demokrat. Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang diisi Partai Gerindra dan PKB.

Hanya PDI Perjuangan yang belum berkoalisi. Meskipun tanpa koalisi, PDIP bisa mengusung capres-cawapres sendiri. Hanya PDI Perjuangan yang bisa mengusung sendiri. Lainnya, harus koalisi.

Koalisi yang sudah terbentuk masih bisa rontok. Itulah sebabnya, belakangan pimpinan parpol masih saling lobi, saling rayu, dan saling mengunjungi.

Terbaru, Ketum Partai Nasdem Surya Paloh yang menemui Ketum Golkar, Airlangga Hartarto. Usai pertemuan, Surya Paloh menyebut ada kemungkinan Nasdem gabung KIB tapi juga tak menutup kemungkinan Golkar gabung Koalisi Perubahan.

Namun menurut kacamata penulis, Peluang Golkar bergabung ke Koalisi Perubahan sangat kecil. Sebab, Golkar sudah mematok Airlangga Hartarto sebagai Capres. kalau gabung Koalisi Perunahan, maka peluangnya semakin kecil.

Golkar akan lebih diuntungkan jika tetap di KIB. Di situ, bisa disebut Airlangga tak ada saingan. Ia bisa berpeluang jadi Capres maupun Cawapres.

Jika bergabung ke Koalisi Perubahan, Airlangga harus bersaing dengan Anies Baswedan. Kalau ambil posisi Cawapres, ia pun harus bersaing dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Karena itu, Golkar sebaiknya tetap ada di KIB. Karena hanya dengan bertahan di KIB, peluang Airlangga jadi capres masih terbuka. Golkar juga akan merasa nyaman di KIB. Sebab, Golkar dapat menjadi 'pemimpin' koalisi. (gusmif)
 

News Update