ADVERTISEMENT
Jumat, 3 Februari 2023 15:18 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Sebelum penembakan, di bulan Juni sudah dirancang itu, makanya mereka ada GR (gladi resik) pembunuhan itu. Makanya saya bilang di mana tukang siomay, di mana yang berperan jadi tukang ojek, di mana yang berperan berlari-lari mengontrol lingkungan, di mana berperan memberikan petasan, di mana orang yang menutup telinga,” imbuhnya.
“Ketika mau ditembak dia tutup telinga di teras gitu loh, di pintu teras itu, kan belum ditembak, kok dia tutup telinga duluan? Berarti kan dia mengetahui akan terjadi penembakan.”
Kamaruddin kemudian menyinggung soal perencanaan obstruction of justice dan tindakan Ferdy Sambo yang memberikan uang Rp1 miliar ke Bharada E dan Kuat Ma’ruf serta Bripka RR dengan masing-masing Rp500 juta.
“Kemudian di mana orang ini? Kepada harus diedit CCTV-nya? Lalu perencanaan pascanya (penembakan) itu pun juga ada, yaitu staf ahli Kapolri yang merancang obstruction of justice pasca pembunuhan. Kan ada, kenapa belum tersangka? Kenapa Daden dan Romer belum tersangka padahal bagian daripada perencanaan itu?”
“Kemudian kalau itu bukan dirancang untuk pembunuhan, kenapa harus ada prestasi membayar pembunuh dengan handphone dan honor terbesar sepanjang masa? Hanya kerjaan dua menit, dikasih Rp1 miliar, walaupun saya tahunya Rp5 miliar, dan 500-500 (juta). Orang membunuh kok dikasih hadiah? Berarti ini kan kejahatan yang sangat luar biasa,” tandasnya.(*)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT