Masih pada kuartal keempat, Bahlil menyebutkan penyerapan tenaga kerja dari investasi tersebut mencapai 339.870 tenaga kerja.
“Penyerapan tenaga kerja yang kita lakukan pada kuartal keempat itu adalah sebesar 339.879 orang, ini di luar UMKM, di luar hulu migas dan di luar sektor keuangan,” beber Bahlil.
Selain itu, Bahlil menuturkan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) sebagai salah penunjang pertumbuhan ekonomi nasional termasuk yang tertinggi yakni mencapai 55,6 persen atau Rp. 175,2 triliun, sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 44,4 persen atau Rp 139,6 Triliun.
“PMA kita, FDI kita 55,6 persen ini tumbuhnya cukup besar sekali ini salah satu negara yang pertumbuhan PMA-nya tertinggi, di mana Q and Q yaitu tumbuh 3,7% tetapi secara dibandingkan dengan tahun 2021 itu sebesar 43,3% ini adalah program kerja kita semua yang tidak main-main,” jelasnya.
Bahlil bersyukur kondisi politik dalam negeri cukup stabil dan kondusif sehingga investor yang masuk merasa aman.
“Karena saya bersyukur kepada rakyat Indonesia juga bisa menjaga stabilitas opini politik yang tidak terlalu berlebihan sehingga investasi kita bagus,” tuturnya.
Diketahui, Singapura menjadi negara dengan total investasi terbanyak, yaitu US$ 13,3 miliar. China sebesar US$ 8,2 miliar, Hong Kong US$ 5,5 miliar, Jepang US$ 3,6 miliar, dan Malaysia US$ 3,3 miliar.
Sementara investasi di luar Jawa adalah Rp 636,3 triliun atau 52,7%, sedangkan di Jawa adalah Rp 570,9 triliun atau 47,3%.(*)