ADVERTISEMENT

ERP Bikin Hidup di Jakarta Makin Sulit

Jumat, 27 Januari 2023 22:38 WIB

Share
Kemacetan di Jakart.(Ahmad Trihawaari)
Kemacetan di Jakart.(Ahmad Trihawaari)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

RENCANA penerapan jalan berbayar atau menggunakan model electronic road pricing (ERP), menjadi obrolan panas yang terdengar sejak beberapa hari belakangan ini. Penolakan itu semakin kencang terdengar dari sebuah pangkalan ojek yang tak terima dengan ketentuan tersebut.

Sambil menyeruput kopi di gelas plastik, suara penolakan atas rencana jalan berbayar yang tengah disiapkan Pemprov DKI, dinilai masuk akal. Hampir seluruh pengojek online yang ada di pangkalan itu tak setuju karena dinilai semakin mengurangi pendapatannya.

"Makin sulit aja hidup di Jakarta, jalan tol aja yang bayar, tetep macet, ini jalan biasa disuruh bayar juga. Aduh ampun deh," celetuk Romli, salah satu pengojek online.

Romli menilai, ide yang dikeluarkan pemerintah demi mengurangi angka kemacetan, dianggap semakin menyusahkan masyarakat kecil. Mereka yang selama ini berjuang di jalan dan pulang ke rumah dengan membawa uang seadanya, hidupnya seakan dijadikan mainan.

"Dulu waktu jaman Pandemi Covid-19 kita pengojek online di sayang-sayang dengan selalu menerima bantuan sosial. Kini narik baru mulai lancar malah ada wacana jalan berbayar," imbuhnya.

Lain halnya dengan Rahmat, pengojek lainnya yang menilai ketika ada jalan berbayar, mereka nantinya akan kesulitan untuk melintas. Karena selama ini, penumpang juga tak mau tahu lewat mana ia melintas asal cepat sampai tujuan.

"Ini ada 25 jalan yang disebut akan diberlakukan jalan berbayar. Kalo kita cuma ngojek di kampung-kampung aja mah enak, tapi kan sekarang jangkauannya luas," ketusnya.

Rahmat menyebut, memang saat ini belum diketahui berapa tarif jalan berbayar yang akan di lewati. Namun bila itu semua terlaksana, berapa uang juga yang nantinya bisa dibawa pulang.

"Sekarang saja pulang bawa uang Rp100 ribu harus ngojek dari pagi sampe sore. Kalo seandainya nanti lewat jalanan harus disuruh bayar lagi, mau bawa pulang uang ke rumah berapa? Mau makan apa?," Ungkapnya sedikit kesal.

Rahmat pun menilai sistem jalan berbayar tidak efektif mengurai kemacetan yang memang pasti terjadi di Ibu Kota. Sebab nantinya pengendara juga akan memilih jalan alternatif untuk menghindari ruas jalan berbayar.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT