ADVERTISEMENT

WHO: Tak Ada Bukti Vaksin COVID-19 Picu Risiko Stroke Pada Lansia

Rabu, 25 Januari 2023 21:00 WIB

Share
Vaksin COVID-19
Vaksin COVID-19

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

SWISS, POSKOTA.CO.ID - Kecemasan muncul baru-baru ini di media dan masyarakat tentang keamanan suntikan penguat mRNA.

Pejabat WHO menilai kecemasan tersebut tidak berdasar.

Mereka mengatakan kekhawatiran yang terkait dengan satu sistem data di Amerika Serikat yang memantau keamanan vaksin booster tersebut menyajikan informasi yang salah tentang kematian terkait penularan COVID-19.

Direktur WHO Bidang Imunisasi, Vaksin, dan Biologi Kate O'Brien mengatakan sistem pemantauan keamanan vaksin Amerika Serikat dan nasional lainnya tidak menemukan bukti lebih lanjut bahwa vaksin mRNA menyebabkan stroke.

“Tetapi kini bukti terbaik adalah tidak ada hubungan nyata antara vaksin penguat Pfizer pada orang dewasa yang lebih tua dan stroke. Sekali lagi ada sistem berkelanjutan dan tanpa henti untuk terus memantau keamanan tidak hanya untuk vaksin COVID-19 dan dosis per dosis tetapi juga untuk semua vaksin lain,” kata dia seperti dikutip dari VOA pekan ini.

Kate O'Brien menambahkan vaksin COVID-19 sangat manjur untuk mencegah rawat inap, penyakit parah, atau kematian. Tetapi kurang manjur untuk mencegah orang tertular dan menularkan penyakit tersebut.

Dia mencatat sangat penting bahwa orang-orang dalam kelompok prioritas tinggi menerima semua dosis yang dianjurkan. Mereka termasuk yang berusia di atas 60 tahun dengan kondisi medis komorbid atau gangguan kekebalan, wanita hamil, dan petugas kesehatan.

“Untuk galur yang beredar di dunia sekarang seperti Omicron, dosis penguat pertama benar-benar meningkatkan kinerja rangkaian awal kita untuk perlindungan terhadap penyakit yang parah. Jadi kita sebenarnya membutuhkan tiga dosis untuk mendapatkan perlindungan optimal dari vaksin-vaksin itu,” imbuhnya.

Kate O'Brien menegaskan tidak ada bukti langsung tentang kinerja vaksin monovalen atau bivalen pada varian XBB.1.5 dari COVID-19.

Karena kini tidak ada data apakah vaksin bivalen yang lebih baru, lebih manjur dibandingkan vaksin terdahulunya, maka dia mengatakan bahwa WHO menganjurkan keduanya untuk dosis penguat atau booster. ***

ADVERTISEMENT

Reporter: Ignatius Dwiana
Editor: Ignatius Dwiana
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT