Ada Intervensi Barat di Balik Kerusuhan Morowali, Benarkah?

Sabtu 21 Jan 2023, 08:13 WIB
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi saat meninjau lokasi kebakaran di pabrik pengelolaan dan pemurnian (smelter) nikel milik PT GNI. (Foto: DPR)

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Bambang Haryadi saat meninjau lokasi kebakaran di pabrik pengelolaan dan pemurnian (smelter) nikel milik PT GNI. (Foto: DPR)

Sejak Presiden Jokowi membatasi ekspor nikel, tak hanya membuat berang negara-negara Barat. Tapi juga menciptakan musuh di dalam negeri sendiri.

Terutama mereka yang selama ini masuk dalam zona nyaman dari jual beli bahan baku mesin bertenaga listrik itu.

Apalagi di masa mendatang, ketika bahan bakar fosil sudah menipis, listrik menjadi andalan. Bahan bakunya tentu saja nikel.

Negara percaya pada China untuk mengolah biji nikel menjadi bahan baku baterai. Tentu saja tidak gratis. Indonesia butuh transfer teknologi. Dan China mau.

Negara-negara Barat sejak jaman dulu menolak memberikan ilmu mengolah nikel menjadi tenaga listrik. Negara Barat hanya mau mengeruk kekayaan alamnya saja.

Tapi benarkah China juga mau memberikan teknologi pengolahan biji nikel menjadi baterai.

Toh pada kenyataannya pemerintah Jokowi memberikan kesempatan pada China untuk membangun pabrik di Morowali tersebut.

Cilakanya, belakangan ini, pabrik itu porak poranda akibat kerusuhan. Media sosial pun ramai dengan beragam dugaan di balik kerusuhan yang membenturkan TKA China dan TKI.

Negara Barat dimotori Amerika dan  Jepang  didukung  WTO  telah nyata menjatuhkan sanksi ke Indonesia.

Mereka berharap dapat  diuntungkan jika pabrik smelter nikel di Indonesia berhenti beroperasi dan terpaksa kembali mengekspor bahan mentah biji nikel  seperti dulu. (Kurniawan)

Berita Terkait

News Update