Rebutan Kursi Tapi Minim Prestasi

Rabu 18 Jan 2023, 07:26 WIB
Logo PSSI. (Foto: Ist).

Logo PSSI. (Foto: Ist).

Oleh: Wartawan Poskota Ifand

PSSI merupakan roda organisasi tertinggi sepak bola Indonesia yang terus menjadi rebutan banyak orang. Namun, dari sekian banyak sosok yang memimpin, belum ada prestasi gemilang yang diraih di kancah sepakbola internasional maupun di tingkat Asia.

Saat ini, kursi Ketua Umum PSSI mulai kembali diperebutkan oleh banyak tokoh-tokoh. Seperti biasa, janji-janji manis pun kembali "diobral" demi memuluskan langkah mereka duduk di kursi empuk. Bukan tidak mungkin, ketika sudah menjabat, minim prestasi kembali didapat dan sepakbola Indonesia terus dianggap remeh di mata dunia.

Kenapa kursi panas ketua umum PSSI selalu diperebutkan? Karena banyak yang menyebut ketua PSSI lebih ngetop daripada menteri. Bahkan, ada yang menilai dengan meraih jabatan itu, posisinya sama dengan presiden karena nantinya sang ketua akan punya Asprov yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Ketua Umum PSSI bisa terkenal jika Timnas berprestasi atau bahkan sebaliknya. Pasalnya, masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah pencinta sepak bola pasti akan mengelu-elukan ketum PSSI sebagai pahlawan, jika berprestasi. Namun ketika gagal memimpin, mereka menjadi bahan ledekan ketika timnas Indonesia terpuruk.

Ketenaran ketua umum PSSI karena nanti dengan sendirinya para pendukung klub-klub diseluruh wilayah Indonesia langsung mengenalnya. Bahkan julukan bapak sepakbolanya Indonesia akan disematkan oleh jutaan masyarakat Indonesia.

Sosok ketua umum PSSI juga mengalahkan pamor dari ketua Umum Partai yang nantinya akan di elu-elukan oleh pendukung. Sehingga tanpa perlu "modal" banyak, figur itu akan mendapat simpatik dari seluruh masyarakat khususnya pecinta sepakbola.

Akibatnya, jabatan ketua umum PSSI dianggap sebagai batu loncatan demi mendapatkan jatah kursi di pemerintahan. Hal itu disebut beberapa pengamat pernah terjadi ketika Edy Rahmayadi menjabat sebagai Ketum PSSI dan akhirnya bisa terpilih dengan mudah menjadi gubernur Sumatera Utara.

Memang hingga saat ini pun tidak ada bukti yang bisa menjelaskan kalau Edy Rahmayadi menjadikan jabatannya sebagai ketum PSSI sebagai batu loncatan untuk menjadi gubernur Sumatera Utara. Hanya saja stigma di masyarakat tentang anggapan itu sudah begitu menempel.

Dengan banyaknya penilaian yang muncul dengan sosok ketua umum PSSI, saat ini diperlukan solusi untuk mengubah pandangan tersebut. Sosok yang terpilih diharapkan bisa menghadirkan prestasi bagi Timnas Indonesia, sehingga orang bisa saja lupa dengan isu miring itu.

Apalagi beberapa kasus yang pernah dilakukan oleh mantan ketua umum PSSI pernah membuat citra sepakbola Indonesia semakin jelek. Sebut saja kasus pengaturan skor, mafia wasit, dualisme kepemimpinan dan yang terakhir adalah tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang pendukung sepakbola. (*)

News Update