Pelajaran dari Sambo

Tidak ada kejahatan sempurna. Begitulah adagium yang pernah disitir oleh kalangan ahli forensik. Sekalipun dilakukan oleh jenderal yang sangat terlatih. Bahkan oleh polisinya polisi. Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan.

Ferdy Sambo, mantan Kadiv Propam Polri, contohnya. Serapat-rapatnya bangkai dibungkus, pasti baunya akan tercium juga. Sepintar-pintarnya Sambo membuat skenario kematian Brigadir Yosua, akhirnya kebongkar juga.

Ferdy Sambo terancam mati di penjara. Itu jika majelis hakim mengabulkan tuntutan jaksa yang meminta Sambo divonis penjara seumur hidup. Berarti sisa hidupnya akan dihabiskan di penjara.

Gusti Alloh mboten sare. Tuhan itu tidak tidur. Sekecil apapun jejak yang ditinggalkan dari tindak kejahatan, bisa menjadi kunci untuk membuka kotak pendora.

Kejahatan yang hendak ditutup-tutupi dengan cara dilenyapkan agar tak terdeteksi, bila masih ada yang tersisa atau tercecer, maka dari yang kecil itu bisa menjadi besar. Bukti kecil itu akan bisa bicara, mengungkap dan menelusuri sebuah tindak kejahatan yang berusaha dihilangkan.

Kejahatan yang hendak ditutupi dengan narasi kebohongan, akan melahirkan kebohongan-kebohongan berikutnya. Tapi, bila satu kebohongan telah terungkap, maka kebohongan lainnya akan mengikutinya.

Ingat! Roda kehidupan itu terus berputar. Posisi orang tidak selalu di bawah dan tidak selalu di atas. Dalam kehidupan juga tidak ada yang kekal. Jabatan, pangkat, kekayaan, ketenaran, dan lain-lain bisa hilang seketika.

Ingat! Kesombongan akan menghancurkan diri sendiri. Rendah hati akan mengangkat derajat kita di mata manusia dan di hadapan Tuhan. Dan, kebaikan pada akhirnya akan menang, sedangkan kejahatan pasti akan musnah. (gusmif)