“Tahun baru kemana saja, mbakar – mbakar nggak? “ tanya Heri mengawali obrolan warteg tahun baru, usai maksi bersama sohibnya mas Bro dan Yudi, di warteg langganan milik Ayu Bahari.
“Malam tahun baru di rumah saja. Tidak ikut mbakar – mbakar, malah dianterin hasil bakaran ikan, ayam dan jagung dan lain - lain,” kata mas Bro.
“Wah keren dong, duduk manis di rumah, tidak ikut bakar – bakar, malah diantar makanan. Kayak bos aja,” ujar Heri.
“Bukan bos, tetapi orang baik,” ujar mas Bro pede.
“Bukan baik kali, cuma dikasihani tetangga karena nggak bisa ikut mbakar – mbakar, nggak ada bahan yang akan dibakar,” ledek Yudi.
“Bukan cuma itu, tetangga di kompleks kami, baik dan saling peduli. Rasa kebersamaan dan toleransi tak sebatas kata atau euforia, tetapi penuh fakta,” urai mas Bro.
“Wah bagus Bro, hidup di lingkungan yang rukun,” ujar Heri.
“Ya begitulah hidup tanpa membedakan perlakuan, meski di tengah adanya perbedaan dan keberagaman,” ujar mas Bro.
“Jadi acara malam tahun baru dengan membakar ikan, dapat diibaratkan membakar semangat kerukunan dan kebersamaan,” ujar Yudi.
“ Iya kita sangat menghargai perbedaan, tetapi tidak memperdebatkan perbedaan, apalagi sampai membedakan perlakukan dalam kehidupan sehari – hari. Kita saling peduli dan berbagi,” kata mas Bro.
“Kalau kita saja di lingkungan terkecil, bisa melakukan hidup dengan penuh kebersamaan dan toleransi, mestinya para elite lebih dari yang kita lakukan,” ujar Yudi.