Hingga akhir tahun 2022, sepertinya koalisi permanen belum benar – benar terbentuk. Koalisi parpol masih dimungkinkan untuk terus berubah hingga pendaftaran akhir paslon capres – wapres, Oktober tahun depan.
Gerindra dan PKB memang sudah berkoalisi, namun hingga kini belum memutuskan capres dan cawapresnya. Begitu juga Golkar, PAN dan PPP yang membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) hingga kini belum memutuskan figur capres dan cawapresnya.
Sepertinya masing – masing parpol masih saling melirik dalam membangun mitra koalisi.
“Masing – masing parpol sepertinya saling mengintip untuk memprediksi kemana arah koalisi yang hendak dibangun, termasuk figur capres yang hendak diusung,” kata mas Bro mengawali obrolan warteg usai maksi bersama sohibnya, Yudi dan Heri.
“Figur capres – cawapres akan menentukan solid tidaknya koalisi yang sudah terbangun. Boleh jadi koalisi bubar, begitu figur capres – cawapres tak sesuai kehendak masing – masing parpol,” tambah Yudi.
Seperti diprediksi, PKB akan meninggalkan Gerindra, jika ketumnya, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, tidak diusung mendampingi Prabowo Subianto. Begitu juga dengan KIB bisa jadi pecah kongsi, jika paslon presiden dan wapres tak sesuai dengan selera masing - masing parpol anggota koalisi.
Hal sama terlihat pada Koalisi Perubahan yang dimotori Nasdem bersama Demokrat dan PKS. Jika figur cawapres pendamping Anies Baswedan, tak sesuai harapan Demokrat dan PKS, boleh jadi, koalisi batal terwujud.
“Kalau cawapresnya AHY,mungkin PKS dapat memahami,” tanya Heri.
“Itu yang sedang dirumuskan. Bisa jadi belum ada kesepahaman, atau mungkin sedang menunggu momen deklarasi,” ujar Yudi.
“Semua akan tergantung para elite. Karena merekalah yang akan menentukan konfigurasi politik ke depan, termasuk figur capres,’ kata mas Bro. (jokles)
