ADVERTISEMENT

Hadapi Resesi, Pemerintah Diminta Jaga Daya Beli Masyarakat Serta Konsumsi Domestik

Kamis, 22 Desember 2022 18:32 WIB

Share
Kebutuhan bahan pangan mengalami peningkatan saat Natal dan Tahun Baru. (dok.poskota)
Kebutuhan bahan pangan mengalami peningkatan saat Natal dan Tahun Baru. (dok.poskota)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Peneliti  Institute for Development of Economics and Finance ( Indef) Andry Satrio Nugroho mengungkapkan, Indonesia punya pekerjaan rumah besar ketika ekonomi dunia dihadapkan pada ketidakpastian yakni, menjaga daya beli masyarakat dan konsumsi domestik.

"PR-nya adalah bagaimana menjaga daya beli masyarakat," ujar Andry dalam keterangannya, Kamis, (22/12/2022).

Menurut Andry, pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung pada daya beli masyarakat. Artinya, kata dia, ketika daya beli masyarakat terjaga maka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih berpeluang besar mampu menghadapi dampak perlambatan ekonomi global.

"Sebetulnya kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup sederhana, bagaimana daya beli masyarakat terjaga, mereka bisa konsumsi tanpa terganggu, mereka bisa usaha tanpa terganggu oleh ketidakpastian pasokan bahan baku atau regulasi yang ada. Mungkin akan terdampak tapi dampaknya tidak terlalu besar," jelasnya.

 

Andry memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 juga tidak menyentuh angka 5 persen. Hal itu sedikit-banyak dipengaruhi oleh krisis pangan dan energi yang terjadi akibat perang Rusia-Ukraina.

"Kalau berbicara terkait target pertumbuhan ekonomi dari Indef angkanya 4,8 persen dan kita melihat beberapa lembaga internasional sudah menurunkan angka pertumbuhan ekonomi global. Salah satunya adalah masih adanya ketidakpastian yang akan hadir akibat krisis geopolitik yang mengakibatkan krisis energi dan pangan yang masih dirasakan oleh banyak negara, terutama negara maju," terangnya.

Kendati demikian, tambah Andry, Indonesia masih bisa bernapas karena ekonomi Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekonomi global. Sebab Indonesia tidak menempati posisi utama dalam mata rantai pasok global.

 

"Tentunya Indonesia sebenarnya tidak terlalu terdampak karena salah satunya konektivitas dengan negara di luar Indonesia cenderung rendah. Artinya kita bisa melihat bisa menjadi bagian dari global supply chain itu juga masih rendah," pungkasnya.

Halaman

ADVERTISEMENT

Reporter: Wanto
Editor: Deny Zainuddin
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT