Oleh : Guruh Nara Persada, Wartawan Poskota
DALAM hitungan hari, kita bakal meninggalkan tahun 2022 untuk berganti ke tahun 2023. Pesta atau party menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap pergantian tahun selama ini.
Berbagai suguhan hiburan kerap disiapkan untuk menyambut datangnya tahun baru. Namun berkaca dari duka apa yang terjadi sepanjang tahun ini, masih pantaskah pesta itu terlaksana.
Terlebih banyaknya bencana yang kerap hadir di jelang penutup tahun seakan menjadi peringatan atas dosa apa yang kita telah perbuat sepanjang 365 hari.
Mulai dari gempa, tsunami hingga gunung meletus menjadi bencana yang kerap menghiasi pemberitaan media massa di beberapa tahun belakangan.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bencana alam mulai rajin datang menyinggahi negeri ini menjelang akhir tahun dimulai tahun 2004.
Gempa berkekuatan berkisar magnitudo 9,1-9,3 dengan tinggi tsunami mencapai 30 meter meluluhlantakkan Aceh pada 26 Desember 2004. Sebanyak 169 ribu jiwa meninggal dunia dalam bencana ini.
Bencana selanjutnya letusan Gunung Merapi pada November 2010. Erupsi dan debu vulkanik menutupi sejumlah wilayah di Yogyakarta dan beberapa daerah di Jawa Barat. BNPB mencatat terdapat 275 korban meninggal akibat bencana tersebut.
Catatan duka akibat bencana di akhir tahun juga pernah terjadi beberapa tahun sebelumnya di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di mana gempa dan tsunami juga menghantam wilayah tersebut pada 12 Desember 1992.
Kala itu, gempa diperkirakan berkekuatan magnitudo 6,8 yang menyebabkan tsunami setinggi 30 meter. BNPB mencatat setidaknya 3.000 jiwa meninggal dunia, 500 orang hilang, 447 orang luka-luka, dan 5.000 warga terpaksa mengungsi.
Kemudian di tahun 2018 tepatnya pada 28 September, bencana yang sama terjadi di Doggala, Sulawesi Tengah. Gempa kala itu mencapai 7,4 Skala Richter di kedalaman 10 Km yang disusul tsunami setinggi 6 meter menewaskan 2.045 orang.
Terbaru bencana gempa terjadi di Cianjur pada 21 November lalu. Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 memakan korban jiwa hingga 334 orang.