“Kenapa kalau ganti pejabat lantas berganti pula kebijakan,” kata Heri mengawali obrolan warteg usai maksi bersama sohibnya mas Bro dan Yudi.
“Biar keren. Kalau nggak ada kebijakan baru, kesannya ga ada perubahan,” urai Yudi.
“Tetapi haruskah semua kebijakan diganti dengan yang baru. Tak hanya mengganti sejumlah pejabat teras, jajaran direksi BUMD, tetapi slogan kotanya pun ikut diganti,” kata mas Bro.
“Maksudnya slogan baru Jakarta yang semula “Jakarta Kota Kolaborasi” diganti menjadi “Sukses Jakarta Untuk Indonesia”, “ kata Heri.
“Berarti slogan lama yang terpampang di mana – mana, sepanjang jalan umum, tempat – tempat tertentu, harus dihapus, diganti dengan slogan baru. Boleh ikutan nih kalau ada tender,” kata Yudi.
“Padahal slogan Jakarta Kota Kolaborasi punya historis bagaimana Pemprov DKI, Polda Metro dan Kodam Jaya beserta jajaran terkait lainnya bekerja sama sukses mengatasi pandemi Covid-19 berikut dampak yang menyertainya,” kata mas Bro.
“Mungkin Covid-19 sekarang sudah mereda, jadi ak perlu kolaborasi lagi,” kata Heri.
“Justru kolaborasi semakin dibutuhkan untuk menghadapi tantangan yang kian beragam di tengah berbagai ancaman krisis pangan, energi dan keuangan,” kata mas Bro.
“Iya kita bisa jalan sendiri. Kolaborasi, kerjasama antar-instansi dengan satu tujuan yang sama menghadapi tantangan harus semakin dimantapkan, mengingat tantangan ke depan tidak semakin ringan,” kata Yudi.
“Belum lagi memasuki tahun politik, kolaborasi harus semakin solid. Untuk sukses memerlukan kolaborasi,” ujar mas Bro.
“Lagi pula kalau Sukses Jakarta Untuk Indonesia, apa bedanya sukses Jawa Tengah, Jawa Barat untuk Indonesia,” kata Yudi. (jokles)