ADVERTISEMENT

Teror Bom dan Kenaikan Harga Sembako

Jumat, 9 Desember 2022 06:09 WIB

Share
Ilustrasi.
Ilustrasi.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Oleh:Cahyono,WartawanPoskota

NEGARA kita tercinta ini sudah berpengalaman dalam menghadapi teror. Bagaimana tidak? Dari zaman kolonial hingga kini, kita kerap menerima teror. Dan kerennya masyarakat Indonesia tak pernah gentar menghadapinya.

Kita tentu ingat teror bom Bali yang cukup menggemparkan dunia pada tahun 2002. Bom yang diledakan Amrozi Cs yang beratnya ton-tonan dan menewaskan ratusan orang itu sanggup kita tangani. Semua pelakunya ditangkap polisi. Dan dalam waktu singkat, Bali kembali jadi destinasi wisata nomor wahid di Indonesia, bahkan dunia. Turis-turis berbikini kembali berjemur di pasir putih tanpa rasa takut.

Lalu bom hotel JW Mariott tahun 2003, bom Dubes Australia 2004, bom gereja di Surabaya dan kota-kota lain, bom Sarinah 2016, juga mampu kita tanggulangi. Pun demikian, bom di Polsek Astana Anyar yang menewaskan 2 orang dan 7 luka-luka, saya yakin mampu ditangani dengan cepat.

Dari contoh-contoh di atas menjadi bukti bila Indonesia tak pernah gentar dan selalu menang melawan aksi teror. Tapi, menang ataupun kalah dalam menghadapi teroris tetap saja meninggalkan kerusakan dan duka yang mendalam.

Namun, beda hal dengan teror kenaikan harga kebutuhan pokok seperti sekarang ini menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Rasa-rasanya kenaikan harga kebutuhan pokok itu lebih mengerikan dibanding teror bom. Terutama bagi para suami. Kok bisa?

Gimana nggak, wong si 'teroris' tidur seranjang. Ketika terjadi kenaikan harga sembako, suami terus mendapat 'teror' dari istri. Suami yang tubuhnya tinggi besar pun cuma bisa inggah-inggih ketika istri minta uang belanja ditambah. Terutama suami yang penghasilannya senen-kemis (senen gajian, kemis udah keliyengan).

Banyak suami yang merasa tertekan karenanya. Bikin suami malas bertatap mata dengan istri. Takut-takut malah jadi ribut dan ujungnya-ujungnya tidur di ruang tamu. Nasib-nasib, hidup begini amat...

Jadi sudah jelas, bagi jutaan masyarakat Indonesia yang berpenghasilan alakadarnya, teror kenaikan harga sembako lebih mengerikan ketimbang bom.

Karena, untuk teror kenaikan harga sembako ini pemerintah seperti kecolongan terus. Seolah tak mampu menghadapinya. Padahal kenaikan harga sembako sudah bisa diprediksi bakal terjadi setiap perayaan hari besar keagamaan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT