ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hidup terkadang harus selalu berdampingan dan saling membantu. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas kaitannya satu sama lain, meski begitu tidak jaminan juga apabila manusia justru memiliki hati dan jiwa yang sosial. Hal ini karena sifat seperti itu bukanlah bawaan sejak lahir yang dimiliki setiap orang, tetapi hanya orang istimewa lah yang mampu memilikinya atau bahkan sifat tersebut dapat dibiasakan hingga kemudian menjadi kebutuhan bagi kita untuk menyalurkan hasrat sosial. Tentunya hal itu bisa menjadi catatan luar biasa yang penting dan terpuji.
Sukarelawan bergerak melalui kegiatan kemanusiaan secara cuma-cuma dan tanpa bayaran. Tapi banyak manfaat yang bisa kalian petik dari sana. Pengabdian, kegiatan sosial kemanusiaan, tolong-menolong dan mungkin banyak hal lainnya yang mencerminkan kegiatannya.
Menurut data laporan World Giving Index 2018 yang disusun oleh Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia merupakan negara paling dermawan sedunia. Indikator tersebut dilihat dari besarnya angka laporan donasi, kegiatan membantu orang asing dan partisipasi masyarakat yang menjadi sukarelawan.
Charen Jacklin (26) Ketua Komunitas Jurnalis Cilik, salah satu wadah sukarelawan yang bergerak dibidang pendidikan berucap keinginannya menjadi relawan itu ingin punya dampak positif di lingkungan tempatnya tinggal dan mau menolong orang khususnya anak anak karena menurutnya membantu tidak harus uang tapi namun bisa berupa kemampuan atau kelebihan.
Aksi berani dan ikhlas yang telah hadir membersamai Indonesia perlu terus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Tingginya angka kedermawanan kita merupakan salah satu bukti terawatnya modal sosial bangsa ini yang sejak lama memang ada. Kita kenal budaya gotong royong yang sebenarnya sama saja hanya berbeda pada nomenklatur. Teruntuk anak muda teruslah menggangu, jangan padamkan rasa gelisahmu untuk terus menciptakan inovasi baru, merawat nilai kemanusiaan dan merespon dengan elegan perubahan sosial budaya serta mampu menemukan jati diri.
"aku bertahan selain nyaman dan aku bisa menemukan Jati diriku karena aku terus mau memberikan waktu selagi masih bisa untuk melalukan sesuatu yang bermanfaat bukan hanya untuk diriku tapi juga untuk orang lain dan terus mau melihat cara hidup yang berbeda yang di temui diluar lingkungan" ujarnya.
Publikasi kegiatan juga merupakan salah satu bentuk komunikasi publik yang harus terus dilatih oleh para sukarelawan. Jangan sampai unggahan gambar dan narasi tersebut seolah menganggap mereka tidak berdaya, terasingkan, marjinal dan lain sebagainya. Kacamata kita tentu tidak sama dengan kacamata kolonial, tidak boleh ada yang namanya jualan air mata ataupun jualan kemiskinan.
Kegiatan kesukarelawanan memiliki etika, prinsip dan pastinya hal tersebut harus dipahami oleh sukarelawan. Proses saling belajar harus bisa terus dihadirkan berkala oleh sesama sukarelawan dari Sabang sampai Merauke. Kesukarelawanan di negeri ini kita meyakini potensinya sangat tinggi, tidak hanya terbatas seutas kertas bahkan mampu melebihi simpati namun juga empati.
Teks dan foto : Ahmad Tri Hawaari
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT