PANDEGLANG, POSKOTA.CO.ID - Bangunan tembok penahan sedimentasi di aliran Sungai Ciliman, Kecamatan Sindangresmi, Kabupaten Pandeglang ambruk pada tanggal 7 Juni 2022 lalu.
Namun hingga saat ini belum ada penanganan dari pemerintah. Warga sekitar pun merasa khawatir lantaran ada puluhan rumah yang kondisinya mengkhawatirkan.
Dari informasi yang dihimpun, panjang bangunan tembok penahan sedimentasi yang ambruk itu kurang lebih 100 meter dengan ketinggian 8 meter.
Dampak dari ambruknya bangunan tersebut, sebanyak dua rumah warga di Desa Bojong Manik, Kecamatan Sindangresmi, Pandeglang mengalami rusak parah dan 20 rumah warga lainnya dalam kondisi mengkhawatirkan.
Salah seorang warga sekitar, Riyadi mengatakan, ambruknya tembok beton penahan sedimentasi di Sungai Ciliman tersebut, sampai saat ini belum ditangani oleh pemerintah.
Dikatakannya, warga yang rumahnya berdekatan dengan bantaran sungai tersebut banyak yang merasa khawatir. Lantaran ada beberapa rumah yang nyaris ambruk juga.
"Bahkan pada saat kejadian, ada sejumlah rumah warga yang ambruk dan sebagian besar nyaris ambruk. Saat ini warga selalu was-was, karena khawatir sewaktu-waktu bisa longsor tanahnya," ungkapnya.
Disampaikannya, peristiwa ambruknya bangunan beton penahan sedimentasi tersebut terjadi beberapa bulan lalu, tepatnya pada Bulan Juni 2022 lalu. Tapi kata dia, sampai sekarang belum ada penanganan.
"Kami harap segera ada penanganan, supaya warga yang rumahnya dekat bantaran sungai tidak was-was. Karena ada beberapa bangunan rumah warga yang kondisinya mengkhawatirkan," katanya.
Sementara, Kepala Desa Bojong Manik, Kecamatan Sindangresmi, Pandeglang, Sukri mengatakan, untuk penanganan tembok penahan sedimentasi di wilayahnya, sesuai dengan informasi dari Balai Bidang Sumberdaya Air (SDA), bahwa pembangunan yang ambruk itu akan ditangani tahun 2023 mendatang.
"Dari pihak Balai SDA juga sudah turun ke lokasi, bahkan konsultan juga sudah ke lokasi. Informasinya bangunan tembok di Sungai Ciliman itu akan ditangani di tahun 2023 nanti, tepatnya di bulan April," ujarnya.
Bahkan Kades juga mengaku, untuk anggaran pembangunan tersebut sudah disiapkan oleh Pemprov Banten sebesar Rp12 miliar.
"Mudah-mudahan rencana pemerintah dalam penanganan tembok beton penahan sedimentasi itu tepat. Karena informasinya di bulan ke 4 tahun 2023," tuturnya.
Kades mengaku, ada sebanyak 20 rumah warganya yang terdampak, dua diantaranya rusak berat akibat terbawa longsoran tanah.
"Dua rumah rusak parah, dan sebagian lagi kondisinya memang mengkhawatirkan," ucapnya.
Kades menerangkan, warga yang rumahnya terkena dampak memilih untuk bertahan.
"Tapi kami sebelumnya sudah memberikan himbauan, jika warga yang rumahnya berada di bantaran sungai diharap mengungsi dulu. Tapi warga masih tetap menempati rumah-rumahnya itu," tandasnya. (samsul fatoni)