ADVERTISEMENT

Nah Ini Dia: Menikahi Janda/Gadis Setempat Demi Sukses Jadi Bantit Motor

Minggu, 20 November 2022 07:15 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

UMUR baru 25 tahun, tapi otak bandit Dalimun sudah mulai jalan. Dia sengaja menikahi gadis/janda di kampung Surabaya, tapi nawaitunya agar mempermudah usahanya sebagai praktisi curanmor. Setelah berulangkali jual motor tetangga istri ke Madura, ulah Dalimun baru ketahuan. Polresta Surabaya pun menangkapnya.

Lazimnya orang menikah kan untuk membentuk keluarga sakinah, sukur-sukur bisa punya pembantu bernama Sukinah. Sebab sebagaimana surat Ar Rum ayat 17, manusia dijadikan berpasangan kan agar hidup tenang. Cuma orang itu suka kurang syukurnya. Istri satu saja takkan habis dimakan rayap, sok-sokan poligani karena diperbolehkan berdasarkan surat Annisa ayat 3.

Tapi beda dengan Dalimun dari Tegalsari Surabaya. Dia gonta-ganti istri bukan untuk membangun keluarga bahagia, tapi justru sekedar untuk mempermudah debutnya sebagai praktisi curanmor. Kawin seminggu dua minggu di sebuah kampung tujuannya hanya untuk mempelajari medan. Setelah hafal medan, barulah Dalimun beraksa jadi alap-alap motor milik tetangga kanan kiri.

Mau nikah kan perlu pendekatan dengan calon istri dan calon mertua, belum nanti acara lamaran dan walimahan. Dalimun kok bisa ya, melakukannya? Ya bisa saja wong sudah diniati jadi bandit curanmor. Dan faktanya, dia sudah beberapa kali ganti istri dengan motif yang sama. Begitu sudah banyak dapat sasaran, begitu mudahnya dia tinggalkan istri, dan pindah lokasi sasaran lagi.

Tapi ketika beraksi di Jalan Kedung Klinter, tertangkap oleh warga. Hampir saja dia babak belur digebuki masa, untung ada polisi. Maka penduduk yang tahu langsung member tahukan bahwa Dalimun itu istrinya si Anu, anak mantunya si Itu.

“Ternyata suami s Anu bandit sepeda motor, ya? Nggak nyangka deh….” Begitu komentar warga, yang rupanya pernah makan Jakarta sehingga tahu deh dan elu.

Dalam pemeriksaan Dalimun mengakui, mengawini wanita di sejumlah kampung tujuannya untuk memperlancar aksi pencurian motornya. Semua motor hasil curian dilempar ke Madura pada seorang tukang tadah. Permotor hanya dihargai antara Rp 4-5 juta. Dari situ pula Dalimun membiayai keluarganya sehari-hari.

Belum punya sepeda motor listrik, tapi Dalimun sudah “ngecas” melulu. (GTS)


 

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT